Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Revolusi Industri ke-4 di Depan Mata, Ini Perjalanannya

Antara , Jurnalis-Senin, 29 Januari 2018 |14:55 WIB
Revolusi Industri ke-4 di Depan Mata, Ini Perjalanannya
Ilustrasi (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2018 di Davos-Klosters, Swiss, membawa pesan penting mengenai Revolusi Industri Keempat (Industry 4.0) sebagai babak baru yang akan mengubah segala lini kehidupan manusia melalui perkembangan teknologi.

Transisi proses manufaktur memang bukan barang baru dalam peradaban manusia modern. Revolusi Industri Pertama, yang dimulai pada paruh kedua abad ke-18, terjadi ketika penggunaan tenaga uap untuk mekanisasi produksi.

Periode tersebut merupakan awal mula terciptanya proletariat industrial yang memecah masyarakat menjadi mereka yang kaya dan mereka yang melarat.

Kemudian, penggunaan mesin uap berkembang menjadi pemanfaatan tenaga listrik yang memungkinkan produksi massal. Hal tersebut memulai Revolusi Industri Kedua, yang berlangsung pada 1870 sampai dengan dimulainya Perang Dunia I.

Setelah itu, Revolusi Industri Ketiga muncul dengan mengedepankan perangkat elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi produksi.

Seolah belum selesai dengan Revolusi Industri Ketiga, dunia kini sudah harus mulai meraba Revolusi Industri Keempat.

Terobosan teknologi penyokong Revolusi Industri Keempat antara lain kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), perkembangan robotika, "the Internet of Things", realitas maya (virtual reality/VR), dan mesin cetak tiga dimensi.

Satu aspek tersebut pada kenyataannya mampu memengaruhi banyak hal, misalnya kecerdasan buatan yang dapat diaplikasikan untuk telepon seluler, otomotif, persenjataan, hingga robot seks.

WEF memandang setidaknya terdapat delapan isu kunci terkait "Industry 4.0", yaitu disrupsi atau gangguan dalam pekerjaan; inovasi dan daya produksi; ketimpangan; cerdas kelola; keamanan dan konflik; disrupsi bisnis; kepaduan teknologi; serta isu etnis dan identitas.

Revolusi Industri 4.0 Peristiwa yang Berdiri Sendiri

Ekonom asal Jerman yang sekaligus pendiri WEF, Klaus Schwab, menyebutkan tiga alasan mengapa Revolusi Industri Keempat merupakan sebuah peristiwa yang berdiri sendiri dan bukan merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari revolusi industri sebelumnya.

Tiga alasan tersebut yaitu kecepatan, ruang lingkup, dan dampaknya terhadap sistem yang sudah ada. Ia menyebutkan belum pernah ada kasus terdahulu yang menyamai kecepatan perubahan akibat Revolusi Industri Keempat.

Apabila dibandingkan dengan transformasi sebelumnya, "Industry 4.0" terjadi secara eksponensial atau meluas, mendisrupsi setiap industri di banyak negara, sekaligus menjanjikan transformasi di seluruh sistem produksi dan tata kelola.

Chief Executive Officer (CEO) Siemens AG, Joe Kaeser, dalam artikelnya di WEF menyebutkan Revolusi Industri Keempat sebagai perubahan peradaban manusia terbesar kendati saat ini prosesnya masih dalam tahap awal.

Dia mewanti-wanti agar revolusi tersebut dapat diarahkan dengan benar oleh semua pihak sehingga proses digitalisasi yang terjadi mampu memberikan kebaikan bagi populasi kelak.

Namun, menurut Kaeser, salah asuhan menyangkut "Industry 4.0" dapat membagi masyarakat menjadi mereka yang menang dan mereka yang kalah. Kerusuhan sosial dan anarki menjadi mungkin terjadi karena luruhnya perekat yang selama ini menyatukan masyarakat dan komunitas.

"Itulah mengapa Revolusi Industri Keempat bukan hanya tentang teknologi dan bisnis semata; ini juga menyangkut masyarakat. Kita manusia mendefinisikan algoritma yang mengatur mesin, dan bukan sebaliknya," tulis Kaeser.

Mengubah pekerjaan Ekonom sekaligus mantan menteri perdagangan Mari Elka Pangestu mengamini Revolusi Industri Keempat mampu mengubah cara produksi dan pekerjaan.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement