Untuk mendukung hal ini, tentunya dibutuhkan jaringan internet yang kuat di Papua. Oleh sebab itu, penyediaan infrastruktur ini bekerjasama dengan Kemkominfo yang sedang dalam penyelesaian proyek Palapa Ring yang ditargetkan selesai 2019. Lewat proyek ini, jaringan komunikasi Indonesia akan semakin kuat antar tiap daerah.
"Kalau program-program ini bisa berjalan baik, ini jadi replika untuk wilayah lain di Papua, juga didaerah yang geografisnya seperti Papua. Ini baik bisa mengurangi kesenjangan antar daerah dan juga kesenjangan antar kelompok pendapatan," tukasnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Ketua IASA Edward Wanandi menyatakan 82 profesor Indonesia yang berada di Amerika Serikat telah menyatakan kesediaannya untuk terjun dalam kerjasama ini. Dari jumlah tersebut terdapat 20 profesor yang aktif akan melakukan pendampingan langsung ke Papua dalam selama 12 bulan mendatang.
"Untuk program terobosan telemedicine akan menjadikan dua rumah sakit di Papua sebagai pusat kegiatan telemedicine dan terhubung ke lima puskesmas kabupaten sebagai working-model yang diarahkan ke 100 puskesmas garis depan," jelasnya.
Dalam program ini, IASA menggunakan dana mandiri sebesar USD350 ribu atau Rp4,7 miliar per tahun untuk kedua program tersebut. Dana ini pun tak menutup kemungkinan akan bertambah seiring kebutuhan pendanaan program.
"Uang ini merupakan sumbangan murni dari diaspora yang berasal dari para donatur dan sponsor. Kegiatan para profesor diaspora tersebut bersifat pengabdian semata dan mereka tidak akan diberikan gaji atau honor," ungkapnya.
(Dani Jumadil Akhir)