Menteri Airlangga menyebutkan, komoditas yang mendominasi lima besar ekspor industri pengolahan sepanjang 2017, yaitu minyak kelapa sawit berkontribusi tinggi terhadap ekspor industri makanan senilai Rp272 triliun dan diikuti produk pakaian jadi menyum bangkan Rp90 triliun. Kemudian produk industri karet, barang karet, serta barang dari karet dan plastik sebesar Rp66 triliun, produk industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia Rp59 triliun, serta produk industri logam Rp51 triliun.
“Saat ini negara tujuan ekspor utama kita antara lain adalah China, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura,” tuturnya.
Menperin juga mengungkapkan, pertumbuhan investasi sektor manufaktur Indonesia tahun 2016 (yoy ) tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi sebesar 41,8%, disusul Malaysia sebesar 25,0%, dan Vietnam 3,1%. Penurunan investasi terjadi di Singapura dan Thailand masing-masing tu run sebesar 29,6% dan 27,5%.
Merujuk data Kemenperin, nilai total investasi (PMA dan PMDN) sektor industri diproyeksikan terus mengalami peningkatan dari sekitar Rp283,71triliun pada 2017 akan menjadi Rp387,57 triliun pada 2019. Sementara investasi tahun ini ditargetkan bisa mencapai Rp352,16 triliun.
Dalam laporan World Economic Forum (WEF) 2018 di Davos mengenai kontribusi negara-negara terhadap per tumbuh an global, Menperin menyampaikan, Indonesia menempati peringkat paling tinggi di ASEAN dan berada di posisi kelima dunia dengan sumbangan sebanyak 2,5%.
Capaian tersebut di atas Korea Selatan (2%), Australia (1,8%), Kanada (1,7%), Inggris (1,6%), dan Turki (1,2%). Sementara itu, kontribusi tertinggi ditempati China (35,2%), diikuti Amerika Serikat (17,9%), India (8,6%), dan Uni Eropa (7,9%). (Oktiani Endarwati)
(Dani Jumadil Akhir)