Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengulik Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Tembus ke Solo, Ada Manfaatnya?

Koran SINDO , Jurnalis-Kamis, 08 Februari 2018 |10:14 WIB
Mengulik Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bisa Tembus ke Solo, Ada Manfaatnya?
(Foto: Koran SINDO)
A
A
A

Dalam pandangan Ofyar, KA cepat idealnya melayani jalur Jakarta-Surabaya karena ke duanya merupakan kota bisnis. Saat ini para pebisnis di Jakarta dan Surabaya membutuh kan waktu lebih lama jika menggunakan transportasi pesawat udara.

Hitung-hitungan, seseorang dari rumah di Jakarta ke bandara kurang lebih mem butuhkan waktu dua jam. Pesawat terbang butuh satu jam lebih. Sampai di bandara orang itu butuh angkutan lagi sampai rumah satu sampai dua jam . Kurang-lebih, dari rumah di Jakarta sampai tujuan di Surabaya total membutuhkan wak tu lima jam. Jika menggunakan kereta, lebih cepat, dari rumah ke stasiun tidak butuh waktu satu jam.

”Notabene lokasi stasiun KA umumnya berada di tengah kota, lebih dekat dengan ru mah atau lokasi yang dituju. Apa lagi jika ditunjang oleh mass rapid transit (MRT) dan moda angkutan massal terpadu. Selain itu, frekuensi penerbangan pesawat kan tidak bisa lebih cepat. Sebaliknya, frekuensi keberangkatan KA su per cepat bisa 15 menit sekali,” ujarnya.

Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas secara tegas menyatakan tidak sepakat dengan penam bahan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Yogyakarta dan Solo. Alasannya, Pulau Jawa sudah banyak transportasi dan tinggal memperbaiki infrastruktur yang ada. Apalagi, anggarannya sangat besar, yakni Rp50 triliun.

”Kalau memiliki anggaran, lebih baik anggaran di salurkan ke luar Jawa untuk per baikan infrastruktur. Apalagi pulau-pulau kecil yang hampir tidak tersentuh pembangunan yang perlu di perhatikan,” ungkapnya.

Dia menuturkan, saat ini jalur Yogyakarta-Bandung sudah ada kereta, bus, serta pe sawat. Yang dibutuhkan adalah perbaikan infrastruktur rel yang ada. Kalau Belanda bisa mem bangun trase lanjutnya, semestinya sekarang bisa lebih baik. ”Nah, sekarang harus diperbaiki, daerah labil di tanggul sehingga trase Yogya-Bandung bisa meningkatkan kecepatan per jalanan kereta yang ada,” tandas penulis Buku Pulung Gantung ini.

Senada, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno juga menilai, penambahan proyek KA cepat Jakarta- Bandung hingga Solo tidak tepat.

Menurutnya, infrastruktur ke Pulau Jawa sudah memiliki banyak alternatif meliputi jalur kereta jarak jauh, jalan tol, hingga akses bandara. ”Saya pikir sudah tidak perlu sebab alternatifnya sudah sangat banyak. Jangan semua berpusat di Pulau Jawa. Sebaiknya yang di luar Jawa perlu mendapatkan prioritas,” ujarnya.

Menurut Djoko, pembangunan harus bisa merata ke Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua. Sumatera bahkan memiliki kesempatan untuk pengembangan kereta karena jalurnya sudah tersedia.

”Persoalannya dibutuhkan kehendak pemerintah. Di Sumatera cocok untuk jalur kereta, sebaliknya tidak cocok untuk sebagian jalan tol. Daripada jalan tol, saya cenderung memilih pembangunan jalur kereta,” ungkapnya.

Dia menambahkan, daerah-daerah di luar Pulau Jawa membutuhkan infrastruktur perkeretaapian agar tidak terlihat timpang. Apalagi, dana untuk pembangunan kereta cepat butuh dana sangat besar yang dibelanjakan lewat pinjaman dari luar.

”Ini butuh dana besar. Alangkah baiknya kalau dana besar ini dialihkan untuk infrastruktur di luar Pulau Jawa. Apalagi ini menggunakan pinjaman dari luar negeri,” pungkasnya. (Bakti Sarasa/Ichsan Amin/Priyo Setyawan/ Agus Warsudi/Suharjono)

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement