JAKARTA - Program sosialisasi dan edukasi yang gencar di lakukan Bursa Efek Indonesia bersama self-regulatory organization (SRO) beberapa tahun terakhir, tampaknya berhasil mengubah paradigma sebagian masyarakat dari saving society menjadi investment society.
Indikatornya terlihat dari jumlah investor pasar modal yang terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini jumlah single investor identity (SID) di pasar modal tercatat sebesar 1,1 juta. Angka itu menunjukkan kenaikan lebih dari 25% dibandingkan dengan tahun lalu. Menariknya, mayoritas investor merupakan generasi milenial dan berpendidikan tinggi.
Profil ini menunjukkan bahwa generasi muda makin memahami selain instrumen investasi lain, seperti properti, pasar modal merupakan wadah investasi yang menjanjikan pertumbuhan aset secara jangka panjang. Terus meningkatnya basis pemodal domestik merupakan kekuatan bagi perkembangan pasar modal Indonesia.
Baca Juga: Sektor Konstruksi Mendapat Angin Segar di 2018
Sebab dengan makin dominannya investor dalam negeri, pasar modal tidak lagi rentan dengan sentimen luar. Sebaliknya, pemodal akan lebih fokus melihat faktor fundamental pasar dalam negeri dalam mengambil keputusan transaksi. Fakta itu terlihat dari pergerakan pasar modal yang tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Tingginya optimisme pemodal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional membuat IHSG seolah tak lelah mendaki, IHSG terus menorehkan rekor tertinggi baru. Padahal dari sisi global, ada kabar terkait rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali hingga akhir tahun.
Tak hanya itu, AS bahkan berencana memangkas pajak sebagai strategi menarik masuk dana untuk membiayai program infrastrukturnya. Rekor tertinggi IHSG tercatat pada level 6.680,619 yang tertoreh pada penutupan perdagangan pada 29 Januari 2018.
Baca Juga: Optimisme Pasar Modal Menyambut Tahun 2018
Terjadi konsolidasi setelah rekor tadi tercipta lantaran sebagian pemodal terutama asing merealisasikan keuntungan (capital gain) pada pekan awal Februari. Namun, para analis yakin, hal itu hanya sentimen sesaat karena tren pasar sebenarnya masih positif.
“Saya belum melihat ada indikasi pasar berbalik arah menurun,” ujar Kiswoyo Adi Joe, Analis PT Recapital Asset Management. Sebaliknya setelah menggapai rekor baru, sejumlah analis justru telah merevisi naik target IHSG mereka sepanjang tahun ini.
“Awal tahun saya pasang target IHSG 6.500 hingga akhir 2018, tapi hanya tempo satu bulan target itu jauh terlampaui,” ujarnya. Melihat perkembangan kekinian, Kiswoyo yakin, IHSG berpotensi menggapai angka 6.800 sebelum kuartal I. Analis dari PT Shinhan Sekuritas Indonesia Teuku Hendri Andrean, malah lebih optimistis dengan memproyeksikan posisi IHSG di level 6.940 pada kuartal I.
Dia mengakui posisi Price Earning Ratio (PER) pasar berada di level 24 kali dari rata-rata PER di level 17 kali. Namun menurutnya, angka itu belum memperhitungkan EPS (Earning Per Share) emiten audited yang akan dipublikasikan mulai pertengahan Februari 2018.
Follow Berita Okezone di Google News