Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Potensi Kerugian Akibat Narkoba Capai Rp74,4 Triliun

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 21 Maret 2018 |12:30 WIB
Potensi Kerugian Akibat Narkoba Capai Rp74,4 Triliun
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Perang terhadap narkoba terus digencarkan di antaranya melalui serangkaian penangkapan dan tindakan tegas terhadap para pelaku. Potensi kerugian ekonomi akibat narkoba diperkirakan mencapai Rp74,4 triliun.

Saat ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah masuk kategori kejahatan luar biasa karena sudah menelan korban jiwa, jutaan orang menjadi pencandu. Kondisi ini disampaikan sejumlah kalangan di antaranya Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Heru Winarko, Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi, serta anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) bertajuk “Sergap Penyelun dup Narkoba: Apa dan Bagai mana?” di Kementerian Komu ni kasi dan Informatika (Kemen kominfo) Jakarta.

"Kita prihatin pemakaian narkoba begitu luar biasanya. Indonesia adalah pasar yang sangat krusial. Pasar narkoba saat ini. Sebanyak 3,3 juta penduduk Indonesia sampai lebih dari 5 juta mengonsumsi narkoba. Estimasi kerugian ekonomi dari narkoba adalah Rp74,4 triliun," katanya.

Menurut Arteria, kejahatan narkoba ini harus disikapi serius. Meskipun BNN, Bea Cukai, dan aparat kepolisian mampu mengungkap penyelundupan narkoba besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir, ternyata prevalensi kasusnya justru semakin meningkat. "Jumlah pemakai dengan jumlah narkoba yang beredar sekitar 2,18%. Eskalasinya be gitu tinggi. Pemakainya usia produktif dari 10-59 tahun. Yang sangat produktif 24-30 tahun," ungkap anggota Fraksi PDIP itu.

Berdasarkan data yang diperoleh Komisi III DPR, pemakai narkoba sangat aktif di Indonesia mencapai sekitar 1,4 juta orang, pencandu aktif sekitar 943.000 orang, dan yang mencoba memakai antara 1,6 juta hingga 2 juta orang. Menurut Arteria, jumlah ini amat mengerikan mengingat dari data pada 2017 diper kira kan kebutuhan ganja per tahun mencapai 158 ton, 219 ton sabu, ekstasi 14 juta butir. Sementara temuan dari aparat penegak hukum hanya sekitar 3 ton sabu/ganja atau ratusan ribu butir ekstasi sehingga ada permintaan dan pasar yang luas bagi para bandar narkoba merajalela di Tanah Air.

"Dari jumlah tersebut, maka sebanyak 13.000 orang di antaranya mengonsumsi narkoba secara berlebih an. Sedikitnya 33 hingga 41 orang meninggal setiap hari karena narkoba. Peredaran narkoba bukan hanya di Jakarta, namun sudah sampai ke perdesaan," bebernya.

Sementara itu, BNN menekankan upaya pemberantasan narkoba dengan pola pencegahan yang lebih sistematis. Pada 2018 BNN mampu melumpuhkan 26 sindikat narkoba yang nekat beraksi di dalam negeri. “Narkoba adalah musuh kita bersama. Presiden meminta agar BNN mampu mengurangi pasokan (narkoba) yang diketahui kini sebanyak 70% di antaranya berasal dari luar negeri,” kata Heru Winarko.

Selain itu, BNN juga diminta menekan tingginya permintaan narkoba dan mengurangi jumlah korban narkoba yang kembali terlibat. Serangan narkoba di Indonesia saat ini, menurut Heru, memang cukup memprihatinkan. Hal itu membuat BNN, ibarat dia, seperti dipukuli. “Kita seperti dipukulin sehingga harus selalu bertahan, double cover,” katanya. Guna memberantas gempuran narkoba, BNN menjalin kerja sama dengan sedikitnya 12 negara yang hadir dalam konferensi penanggulangan narkoba di Wina, Austria beberapa waktu lalu.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement