JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar enggan menanggapi terkait pemberitaan mengenai pencopotan Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik.
"Saat ini pembahasannya mengenai energi baru terbarukan ya," kata Arcandra sambil tersenyum saat dimintai komentar oleh pewarta mengenai pergantian Dirut PT Pertamina.
Usai memberikan sambutan lokakarya mengenai investasi energi baru terbarukan (EBT) di salah satu hotel, Jakarta, Arcandra langsung meninggalkan lokasi untuk menuju agenda selanjutnya.
Arcandra dalam sambutannya sempat memberikan optimisme mengenai berbagai potensi EBT yang ada di Indonesia. "Indonesia ini salah satu negara yang memiliki banyak potensi EBT yang besar, saat ini data sedang kami rumuskan untuk mengundang para investor," ujarnya, Selasa (24/4/2018).
Baca Juga : Direksi Pertamina Dirombak, Premium Tak Lagi Langka?
Dia pun juga memberikan penjelasan bahwa membangun EBT haruslah menyesuaikan konten lokal yang tersedia, misalkan, di Eropa paling banyak pemanfaatan dari tenaga angin, sebab di Eropa potensi angin sangatlah besar.

Sedangkan di Indonesia menurutnya, salah satunya adalah arus laut, namun untuk energi ini belum ada data yang akurat untuk menghitung daya hasil energi dari arus laut di seluruh Indonesia. Kunci dari pengembangan EBT menurutnya pada penguasaan teknologi, sedangkan di Indonesia masih pada tahap pengembangan belum pada pemanfaatan.
Pada kesempatan yang sama, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) menyatakan capaian investasi pada triwulan satu 2018 sebanyak 14,7% dari target.
"Akhir triwulan satu realisasinya adalah USD294 juta atau sekitar 14,7 % dari target 2018," kata Direktur Panas Bumi, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari.
Dia menjelaskan, target investasi aneka energi baru terbarukan pada tahun 2018 adalah sebesar USD2 miliar. Sedangkan pada tahun sebelumnya realisasi sebesar USD1,34 miliar.
Kemudian rincian dari target tersebut adalah sebesar USD5 juta untuk konservasi energi, USD72 juta untuk investasi bioenergi, sebesar USD718 juta untuk aneka EBT dan USD1,21 miliar dan investasi panas bumi.

Pemerintah telah menetapkan target 23% EBT dari Bauran Energi Primer dan 17% dari Business As Usual (BAU) Energi Final yang dituangkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang KEN dan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN.