JAKARTA - Center of Reform on Economics (CORE) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2018 masih berada di kisaran 5%.
Bahkan, jika tidak ada perbaikan kebijakan secara signifikan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun sulit mencapai 5,2%. Prediksi tersebut berada di bawah target pemerintah, yakni 5,4%. Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal mengatakan, ada sejumlah tantangan besar harus dihadapi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan 5,1-5,2%.
Salah satunya potensi pelemahan kinerja ekspor impor yang mengakibatkan melemahnya kontribusi net-ekspor terhadap per tumbuhan Produk Do mes tik Bruto (PDB) tahun ini. “Padahal net-ekspor ini berperan sangat besar dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi tetap 5% pada 2017, saat per tumbuhan konsumsi rumah tangga melemah hingga di bawah 5%,” ujarnya di Jakarta, kemarin.
Faisal mengatakan, konsumsi swasta pada kuartal I/ 2018 juga belum menunjukkan indikasi pemulihan. Hal ini terlihat dari komposisi pengeluaran rumah tangga karena proporsi pendapatan yang di belanjakan masih cenderung menurun. Sebaliknya proporsi untuk tabungan meningkat.
“Proporsi pendapatan rumah tangga untuk tabungan selama kuartal I tahun ini sebesar 21,6%, lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar 19%. Sementara proporsi pendapatan yang di belanjakan menurun dari 65,2% pada triwulan I/2017 menjadi 64,1% pada triwulan I/ 2018,” katanya.
Menurut dia, pemerintah harus menggenjot konsumsi khususnya konsumsi swasta. Se lain itu, penyaluran bantuan sosial (bansos) pun harus dilakukan bersamaan. “Pentingnya pemerintah untuk mendorong kebijakan yang dapat meningkatkan daya beli dan memberikan stimulus terhadap belanja masyarakat,” tuturnya.
Selama kuartal I/2018 realisasi belanja bansos memang tumbuh pesat hingga 88% dibanding tahun lalu, berkebalikan dengan realisasi belanja modal yang justru turun 18%. Meski pun pendapatan riil masyarakat berpendapatan rendah cenderung meningkat sebagai akibat digalakkannya program-program bansos, tapi kelompok menengah atas masih cenderung menahan belanja mereka.
“Dalam tiga bulan pertama tahun ini belum terlihat optimisme dari kalangan atas. Pemerintah harus juga memberikan sinyal positif untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan prospeknya ke depan.
Apalagi masyarakat menengah dan atas ini memberikan kontribusi 83% terhadap total konsumsi rumah tangga,” kata Faisal. Menurut dia, kebijakan perpajakan yang ditujukan masyarakat golongan menengah atas menjadi sorotan penting mengingat target penerimaan pajak tahun ini meningkat sangat signifikan.
Ekonom CORE Akhmad Akbar Susamto mengatakan, efektivitas belanja pemerintah perlu ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, pada kuartal I-2018 realisasi belanja pemerintah belum sesuai harapan. Secara keseluruhan, belanja pemerintah pada kuartal I/2018 mengalami per tumbuhan 4,9%.
“Pemerintah seharusnya mempercepat realisasi belanja di awal tahun, bukan menumpuk realisasi belanja pada bulan-bulan terakhir tahun anggaran. Belanja di awal tahun akan memutar perekonomian dibandingkan di belakang,” tuturnya. (Oktiani Endarwati)
(Rani Hardjanti)