Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Rupiah Nyaris Rp14.000/USD, Ini Komentar Sri Mulyani hingga Gubernur BI

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Sabtu, 28 April 2018 |17:39 WIB
Rupiah Nyaris Rp14.000/USD, Ini Komentar Sri Mulyani hingga Gubernur BI
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

3. Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio: Kita Tak Akan Krisis Seperti Tahun 1998

Bersamaan dengan Rupiah tertekan hampi menyentuh Rp14.000, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah bahkan meninggalkan level psikologis 6.000.

Tekanan-tekanan tersebut membuat bayangan tentang krisis 10 tahunan kembali bangkit. Akan tetapi, Tito Sulistio menegaskan, krisis tersebut tidak akan terulang.

"Apakah kayak jadi 1998. No I belive no. Kita tidak akan jadi kayak 1998," tegasnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis 26 April 2018.   

Tito menjelaskan, jika ditilik dari kondisi pasar modal saat ini jauh berbeda dengan kondisi saat krisis 1998 dan 2008 terjadi. Tercermin dari kinerja keuangan emiten BEI yang menunjukkan performa sehat dibandingkan masa krisis di mana sebanyak 74% emiten mencatatkan profit di tahun 2017 serta mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20%.

Selain mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba, perusahaan juga masih membayar dividen kepada pemegang saham. Bahkan, dividen yield naik 3% yang menjadi dividen yield tertinggi selama tiga tahun terakhir.

Kesehatan emiten tersebut juga mencerminkan kuatnya fundamental ekonomi Indonesia.

"Jadi kita masih confidence, karena produk kita masih bagus,"kata dia.



4. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo: Bank Sentral siap naikkan suku bunga acuan

Pelemahan Rupiah, ternyata membuat BI siap mengambil langkah penyesuaian suku bunga acuan atau BI Seven Days Reverse Repo Rate (7-Days Repo Rate). Setelah sejak awal tahun terus menahan suku bunga acuan di level 4,25%.   

Agus menyatakan, bila depresiasi itu terus berlanjut hingga berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan, maka BI tidak menutup adanya ruang bagi penyesuaian suku bunga acuan.  

"Kebijakan penyesuaian BI 7-Days Repo Rate tentunya akan dilakukan secara berhati-hati, terukur, dan bersifat data dependence, mengacu pada perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan," ujar Agus dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Dia menjelaskan, Rupiah memang terus tertekan, hingga  Kamis 26 April 2018 terdepresiasi -0,88% (month to date/mtd). Menurutnya, depresiasi Rupiah masih jauh lebih rendah dibandingkan pelemahan mata uang di negara lainnya. Thailand (THB) melemah -1,12%, Malaysia (MYR) -1,24%, Singapore (SGD) -1,17%,  Korea Selatan (KRW) -1,38%, dan India (INR) -2,4%.

Selain siap melakukan penyesuaian suku bunga acuan dan melakukan intervensi pasar, kata Agus, BI akan senantiasa memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas maupun Rupiah.

BI juga akan terus memantau perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Serta mempersiapkan second line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait.

(yau)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement