Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tembus Rp14.000/USD, BI Sebut Kurs Rupiah Tidak Sesuai dengan Fundamental Ekonomi

Kurniasih Miftakhul Jannah , Jurnalis-Jum'at, 11 Mei 2018 |10:16 WIB
Tembus Rp14.000/USD, BI Sebut Kurs Rupiah Tidak Sesuai dengan Fundamental Ekonomi
Gubernur BI Agus Martowardojo (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Bank Indonesia mengakui pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Untuk itu, bank sentral siap mengambil langkah-langkah yang tegas untuk memastikan terciptanya stabilitas perekonomian.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas.

Rupiah Tak Berisiko Melemah ke Level Rp15.000 per Dolar AS

“Di tengah meningkatnya tantangan global saat ini, Bank Indonesia tengah dan akan mengambil langkah-langkah yang tegas untuk memastikan terciptanya stabilitas perekonomian,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (11/5/2018).

Menurutnya, ada beberapa factor eksternal yang menyebabkan pelemahan rupiah. Antara lain, tantangan global terutama siklus peningkatan suku bunga di Amerika Serikat, meningkatnya harga minyak dunia, serta menguatnya risiko geopolitik sebagai akibat meningkatnya tensi sengketa dagang AS-Tiongkok dan pembatalan kesepakatan nuklir AS-Iran.

Baca Juga: Rupiah Terjebak di Level Rp14.060

Sekadar info saja, hingga 9 Mei 2018, selama Mei 2018 (month to date) Rupiah melemah 1,2%, Thai Bath 1,76%, dan Turkish Lira 5,27%. Sementara itu, sepanjang tahun 2018 (year to date) Rupiah melemah 3,67%, Pilipina peso 4,04%, India Rupee 5,6%, Brazil Real 7,9%, Russian Rubel 8,84%, dan Turkish Lira 11,42%.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement