Tahun ini, Agus memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan sebesar USD23 miliar atau 2,3% dari PDB. Di sisi lain, inflasi juga masih terkendali di bagian bawah sasaran inflasi BI di rentang 2,5%-4,5% (yoy).
Neraca transaksi berjalan merupakan indikator untuk melihat pasokan dan permintaan valuta asing (valas) dari kegiatan perdagangan internasional (ekspor-impor) dan jasa suatu negara. Jika transaksi berjalan defisit maka pasokan valas dari aktivitas tersebut tidak cukup untuk mendanai kebutuhan valasnya.
"Pertama kita yakinkan inflasi stabil. Karena negara Indonesia dari negara lain inflasi jauh lebih rendah. Kemudian transaksi berjalan tidak boleh defisit. Thailand suprlus 12% dari PDB, Singapura 20% PDB. Kita mesti berupaya menjadi suprlus," tutur Agus.
Agus juga menjelaskan, saat ini masyarakat kerap salah mempersepsikan nilai Rupiah. Seharusnya, kata Agus, pelemahan Rupiah dilihat dari persentase depresiasinya, bukan semata-mata nominalnya yang sudah melewati Rp14.000.