Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sistem Perdagangan Bursa Efek Berusia 23 Tahun

Ulfa Arieza , Jurnalis-Selasa, 22 Mei 2018 |11:06 WIB
Sistem Perdagangan Bursa Efek Berusia 23 Tahun
Bursa Efek Indonesia. Foto: Ulfa/Okezone
A
A
A

JAKARTA - Sistem perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Jakarta Automated Trading System (JATS) tepat berusia 23 tahun pada hari ini. Sistem otomasi perdagangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada mulanya diterapkan dengan sistem komputer JATS pada 22 Mei 1995.

Bertepatan dengan 23 tahun sistem perdagangan, maka BEI melakukan pemutakhiran sistem perdagangan efek menjadi Jakarta Automated Trading System Next Generation (JATS NextG).

Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan, sistem JATS NextG yang baru ini akan memiliki peningkatan kapasitas order dan transaksi, dari semula 5 juta order dan 2,5 juta transaksi per hari menjadi 15 juta order dan 7,5 juta transaksi per hari. Selain itu kecepatan transaksi perdagangan saham BEI meningkat dari sebelumnya 4.000 order per detik, menjadi 12.500 order per detik.

"Kita ada 24 kali pengajuan sistem dengan transaksi bareng anggota bursa setiap hari Sabtu," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Sabtu (22/5/2018).

Pembukaan Perdagangan Saham Awal Pekan IHSG Alami Pelemahan 0,27 Poin

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko Sulistyo Budi menjelaskan, proyek ini meliputi tiga hal. Selain melakukan pembaharuan sistem perdagangan, bursa juga melakukan pembaharuan infrastruktur perdagangan. Selain itu, bursa juga memindahkan pusat data perdagangan efek (data center) dari gedung perkantoran ke gedung khusus data center dengan spesifikasi tier 3. Sebagai gambaran, proyek ini melibatkan 20 vendor serta tim yang beranggotakan hampir 100.

"Jadi idenya mulai akhir 2015 Pak Tito (Tito Sulistio) meminta untuk memindahkan data center, waktu itu ada beberapa option, kemudian kita coba cari tempat yang representatif di sekitar Jakarta. Kemudian awal 2016 kita secara resmi mulai encage dengan Nasdaq provider kita untuk sistem perdagangan," jelas dia.

Setelah dua pekan beroperasi dengan sistem perdagangan baru, Tito menyebut kapasitas yang terpakai baru mencapai 800.000 transaksi per hari. Akan tetapi, bursa harus mempersiapkan langkah apabila terjadi kenaikan jumlah transaksi hingga mencapai 15 kali sebagaimana yang pernah terjadi di bursa saham China.

Alhamdulillah, Perdagangan IHSG Awal Pekan Dibuka Menguat 6,30 Poin

"Tapi kapasitas sebenarnya yang kedua, yang paling penting adalah speednya dari 4000 (order per detik) ke 12.000 (order per detik). Kemudian, setiap empat tahun hardware mesti berubah absolute, ini hardware baru. Jadi JATS juga diperbaharui yang paling penting itu," tegas Tito.

Untuk saat ini, Tito menyebut, tier 3 sudah cukup untuk infrastruktur pasar modal Indonesia, sehingga Tito memandang belum perlu untuk kenaikan ke tier 4.

Di samping itu, infrastruktur Indonesia belum bisa menunjang kenaikan ke tier 4 karena belum memiliki sumber tenaga yang mencukupi. Saat ini, bursa saham yang telah menerapkan sistem tier 4 adalah bursa saham Amerika Serikat.

"Tire 4 kan ada satu syarat utama, harus ada dua power supply. Indonesia kan cuma satu PLN. Tapi tier 3 kita sudah lebih dari cukup sudah sempurna untuk sistem infrastruktur kita," tukas dia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement