JAKARTA - Kondisi perekonomian global saat ini masih dalam kondisi ketidakpastian. Hal tersebut menyusul perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang tak kunjung membaik.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, untuk menghadapi situasi ketidakpastian ini, pihaknya akan mendorong untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan devisa. Salah satunya adalah dengan mendorong ekspor dan mengurangi impor.
"Saya akan meminta tim saya untuk melakukan ini apa saja yang bisa dilakukan untuk mendukung pendapatan devisa, entah dari eskpor barang maupun ekspor jasa," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR-RI, Jakarta, Rabu (25/7/2018).

Salah satu contoh yang paling mungkin dilakukan adalah dengan mendorong ekspor di bidang jasa. Selain itu, ekspor yang paling memungkinkan adalah ekspor industri makanan dan minuman yang dinilainya memiliki potensi besar di luar negeri.
"Ekspor jasa itu seperti tourism kita juga akan lakukan beberapa proprosal yang sudah disampaikan dari Kementerian Perindustrian waktu itu sudah saya disampaikan cukup detail dari seluruh industri makan minum, industri karet, industri tektil, indusri kimia," ucapnya.
Selain itu lanjut Sri Mulyani, pemerintah juga akan terus mendorong penggunaan biodiesel pada bahan bakar minyak (BBM) kendaraan. Hal tersebut menyusul kebijakan parlemen Eropa yang memboikot produk sawit Indonesia.
Untuk penggunaan biodiesel ini, pemerintah juga sudah melakukan koordinasi dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sehingga diharapkan seluruh kendaraan bermotor bisa menggunakan biodiesel untuk bahan bakarnya.
"Kita akan lihat semua dan kita akan secara aktif terus mengimplementasikannya. Termasuk penggunaan biodiesel yang saya dengar sudah ada formulanya. Gaikindo juga memberikan respons. Kita akan terus mendukung supaya itu bisa terjadi," jelasnya.

Selain itu lanjut dia, pemerintah juga akan mengatur porsi impor. Nantinya impor yang dilakukan hanya benar-benar untuk kebutuhan industri guna menopang ekspor.
"Jika impor yang sangat penting untuk produksi kita akan coba dukung. Tapi jika tidak kita bisa kurangi, sehingga yang disebut keseimbangan eksternal itu bisa betul-betul dijaga dan kurangi eksposure risiko dan kita perkuat dari sisi perekonomian," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga menyebut jika pemerintah juga akan memperbaiki kebijakan fiskalnya. Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga terkait seperti Bank Indonesia hingga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kita menggunakan aja instrumen-instrumen fiskal untuk memperbaiki dengan memberikan tax allowance, tax holiday, tax insentif dan lain lain untuk memberikan dukungan lebih," tegasnya.
(Dani Jumadil Akhir)