JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa defisit transaksi berjalan tahun ini akan melebar. Perry mengatakan, defisit transaksi berjalan bisa mencapai USD25 miliar naik 42,61% dibandingkan angka defisit tahun lalu sebesar USD17,53 miliar.
"Neraca perdagangan barang dan jasa kita, yang sering kita sebut neraca transaksi berjalan, terus terang ini berat. Tekornya tambah gede," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Salah satu hal yang memberatkan defisit transaksi berjalan tahun ini adalah menurunnya portofolio investasi asing.

Dibandingkan tahun lalu, arus modal asing dalam bentuk pembelian surat berharga, serta saham dikatakan Perry cukup besar, jumlahnya mencapai sekitar USD20 miliar. Di sisi lain, penanaman modal asing (PMA) yang mencapai USD17 miliar.
"Tahun ini karena lagi gonjang ganjing global, perang dagang, kenaikan suku bunga di AS, sehingga devisa yang masuk dalam bentuk investasi portofolio sangat rendah," kata dia.
Selain itu, pertumbuhan ekspor Indonesia masih tertinggal dengan arus impor.