Sementara itu, Kepala riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, Rupiah bisa mendekati level Rp16.000 per USD hingga akhir tahun. Menurutnya hal ini akan terjadi bila pemerintah tidak mengurangi subsidi BBM, sebab impor migas menjadi faktor besar dalam transaksi berjalan yang defisit.
Selain itu, kondisi negara Indonesia yang terus menjadi eksportir komoditas bukan produk manufaktur akan turut memukul Rupiah.
"Selama subsidi BBM dan TDL (tarif dasar listrik) tidak dinaikkan dan berubahnya Indonesia menjadi negara manufacturing dari negara komoditas, maka tidak berlebihan jika 3 bulan mendatang bukan mustahil diperkirakan menuju Rp16.000 per USD," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)