JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi hingga akhir tahun 2018 akan di bawah 3,5%. Proyeksi itu masih sejalan dengan target BI inflasi 2018 sebesar 3,5% plus minus 1%, namun lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2018 yang 3,5%.
"Hingga akhir tahun ini inflasi bisa lebih rendah dari 3,5%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam koferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Baca Juga: BI Prediksi September 2018 Deflasi 0,04%
Perry menyatakan, proyeksi ini melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) yang pada Agustus 2018 terjadi deflasi 0,05%. Sehingga inflasi tahun kalender Januari-Agustus yakni 2,13%, sementara inflasi tahunan Agustus 2018 sebesar 3,20% (yoy).
"Bulan lalu deflasi, pemantauan kami September deflasi juga, dua minggu pertama itu deflasi 0,04%. Kami juga pantau minggu ketiga dan keempat," jelasnya.

Inflasi yang terjaga ini, kata dia, terlihat dari meski permintaan konsumsi domestik meningkat namun masih di bawah output potensial. Hal ini membuat tekanan inflasi dari permintaan itu rendah.
Baca Juga: Ini Tugas Jokowi ke Menteri Ekonomi Jaga Ketat Inflasi 3,5%
Di sisi lain, tingkat depresasi nilai tukar Rupiah yang lebih terjaga, juga membuat pengusaha tak langsung menaikkan harga jual produknya. BI mencatat Rupiah melemah 8,97% per 26 September 2018, lebih rendah dari depresiasi mata uang Turki, India, Afrika Selatan, dan Brasil.
"Survei BI kepada pengusaha itu memang ada yang menaikkan harga tapi persentasenya kecil, sebagian besar pengusaha lebih memilih menurukan margin atau efisiensi produksi," jelasnya.

Dengan melihat kondisi ini, bila deflasi terus berlanjut maka dimungkinkan inflasi akhir tahun berada dibawah 3,5%. "Intinya tekanan inflasi tetap terendah, hingga akhir tahun inflasinya cenderung bawah titik tengah sasaran 3,5%,. Tahun depan juga terjaga 3,5% plus minus 1%," pungkasnya.
(Dani Jumadil Akhir)