“Berarti FFR naik 2%. Kalau BI menaikkan dari level terendah 4,25% hingga kini 5,75%, jadi naiknya sekitar 1,50%. Ini sebenarnya BI masih behind the curve alias menaikkan suku bunganya kurang,” ujar Toni saat dihubungi, kemarin.
Dia menuturkan, untuk menjaga agar cadangan devisa tidak merosot tajam, maka suku bunga BI-7 day repo rate harus menyesuaikan lagi atau dinaikkan.
”Dengan begitu bisa memenuhi a head of the curve sebagaimana diinginkan Gubernur BI,” katanya.
Dia mengungkapkan, rencana semula kenaikan FFR memang masih sekali lagi tahun ini dan tiga kali tahun depan. Namun, melihat perkembangan inflasi AS yang saat ini sebesar 2,5%, rasanya FFR hanya perlu naik dua kali lagi dari sekarang.
“Saat ini FFR 2,25% agar bisa menciptakan real interest rate positif, dibutuhkan FFR 2,75% saja. Jadi, hanya diperlukan 50 bps lagi saja dari posisi sekarang. Dengan demikian, tekanan terhadap rupiah dan cadangan devisa pun akan berkurang,” kata Toni.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menuturkan, penurunan cadangan devisa tersebut salah satunya digunakan untuk intervensi stabilisasi rupiah.