Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Masuki Era Industri 4.0, Teknologi Dijadikan Peluang bukan Ancaman

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 21 Oktober 2018 |11:05 WIB
Masuki Era Industri 4.0, Teknologi Dijadikan Peluang bukan Ancaman
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Pada pertemuannya dengan Melinda Gates, istri pendiri Microsoft Bill Gates, di diskusi acara tahunan IMF dan Worldbank lalu, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani disrupsi teknologi harus dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman.

Bahkan mereka sepakat membentuk sebuah komisi yang disebut Komisi Pathways, bertujuan untuk menyebarluaskan manfaat positif dari teknologi. Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara mengatakan Kementrian Kominfo sebagai fasilitator untuk pengembangan ekonomi digital.

Pemerintah bertindak sebagai match maker, tentu bukan hanya pemerintah, tetapi juga dengan ekosistem dengan orang-orang di dalamnya, misalnya bersama dengan pendiri startup itu sendiri.

"Kami memiliki ribuan startup yang telah melalui proses inkubasi dan akselerasi. Target kami di tahun depan, setidaknya kami sudah memiliki 5 unicorn,” kata Rudiantara.

Baca Juga: Sri Mulyani: Kaum Milenial Jangan Menyerah Hadapi Perkembangan Ekonomi Digital

Retno Sumekar, Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi, Kementrian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) mengatakan, mau tidak mau, suka tidak suka Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0.

Sehingga inovasi jadi utama, sebab jika tanpa inovasi, sumber daya di Indonesia tidak ada artinya. "Peneliti juga sekarang tidak bisa bekerja sendiri. Misalnya peneliti pertanian harus bekerjasama dengan programmer atau ahli IT, " ujar Retno.

Kemenristek Dikti terus melakukan pendanaan setiap tahunnya bagi startup di bidang manapun. Untuk 2018 terpilih 956 start up dan 30% nya sektor digital. "Kami lebih ke platform saja ada saja inovasi baru yang membuat kagum.

Misalnya ahli IT kerjasama dengan dokter. Bagaimana mendeteksi orang kolesterol tinggi hanya dari sinar mata," ujarnya.

Baca Juga: Bekraf: RI Aktif Rangkul Ekonomi Digital

Achmad Zaky founder dan CEO Bukalapak senang dengan adanya disrupsi teknologi. Market place yang dibangunnya 8 tahun silam bukan lagi hanya sekadar perusahaan e-commerce yang konon menganggu pedagang konvensional. Namun, Zaky menjelaskan Buka lapak kini menjadi sebuah perusahaan pemberdayaan. Teknologi akan membawa kebaikan untuk semua sehingga ekonomi Indonesia bisa merata termasuk usaha kecil.

"Kami kini sudah punya mitra dulu disebut agen. Sebanyak 300 ribu warung dari satu juta mitra kami selama satu setengah tahun terakhir," ujarnya saat ditemui usai menjadi pembicara dalam seminar dengan tema Disruptive Technology And Inclusive Development, What works? dalam Annual Meeting Inter na sional Monetary Fund (IMF) - World Bank 2018, di Nusa Dua, Bali Rabu (10/10) lalu.

Zaky menjelaskan, jika masih banyak UKM yang tidak bisa dipasarkan melalui e-commerce. Padahal bisnis kecil perlu di bantu seperti warung rumahan atau penjual makanan gerobak. Bukalapak Mitra memiliki warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.

(Feb)

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement