Ketua Dewan Teknologi Informasi Komunikasi Nasional (Wantiknas), Ilham Habibie, juga senada dengan Menperin. Dia menjelaskan negeri ini harus mengambil peluang atau kesempatan dalam revolusi industri 4.0 yang ditopang oleh digilitalisasi teknologi atau tranformasi digital. Dalam era tersebut, data menjadi sesuatu yang sangat berharga. “Data is the new oil,” ujarnya.
Untuk meraih peluang tersebut, lanjut dia, dibutuhkan infrastruktur pendukung seperti cloud, data center, internet of things (iot), artificial intelligence, quantum computing. Digitalisasi atau tranformasi digital akan terjadi di seluruh sector yang akan berdampak pada perubahan proses, penggunaan asset, dan tenaga kerja. “Kita harus open minded dalam mengantisipasi revolusi industry 4.0 agar era itu dapat dimanfaatkan untuk menciptakan jutaan lapangan kerja dan menjadi lompatan besar bagi ekonomi Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, Arief Rakhmatsyah, VP Product Management, Cloud, & UC Telkomtelstra, menyoroti tentang kedaulatan data dalam era revolusi industri 4.0. Arief menyebutkan bahwa dalam Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012 pasal 17 ayat 2 disebutkan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik wajib menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya. “Namun, aturan tersebut sedang direvisi,” ujarnya.
Terkait kedaulatan data, lanjut Arief, paling berdaulat itu jika lokasi data center-nya di wilayah sendiri, kemudian dioperasikan sendiri, dan di-maintance oleh pihak sendiri. “Atau paling tidak, provider yang menyediakan jasa tersebut masih provider lokal, seperti Telkomtelstra misalnya,” paparnya.
Menurut Arief, cloud computing merupakan teknologi terbaru untuk memindahkan eksternal resource ke service provider. “Cloud itu seperti server. Provider sudah menyediakan semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mengelola cloud. Karena itu, cloud bisa lebih efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan,” pungkasnya.
(Rani Hardjanti)