JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga di kuartal III 2018 mengalami perlambatan dibanding kuartal sebelumnya. Pada periode Juli-September 2018 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01%, lebih rendah ketimbang periode April-Juni yang tumbuh 5,14%.
"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga memang lebih lambat dari kuartal II 2018. Tapi lebih tinggi bila dibandingkan dengan kuartal III di 2017 yang sebesar 4,93%," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/11/2018).
Baca Juga: BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2018 Capai 5,17%
Dia menjelaskan, komponen konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama dari sisi pengeluaran terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018. Berkontribusi 2,69% atau sebanyak 55,26% pada Produk Domestik Bruto (PDB).
"Jadi dari sini tumbuhnya masih bagus, daya belinya masih terjaga. Memang lebih lambat dibanding kuartal II 2018, karena di periode itu ada Ramadhan dan Lebaran," ujarnya.
Adapun pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga antara lain dipengaruhi penjualan eceran yang tumbuh 4,21% dan penjualan wholeshale mobil penumpangan tumbuh 8,40%. Serta peningkatan nilai transaksi kartu debit, kartu kredit, dan uang elektronik sebesar 11,94%.
"Itu artinya daya beli rumah tangga itu masih bagus. Kalau kita lihat, peningkatannya untuk penjualan eceran yaitu di makanan, minuman, tembakau, sandang, bahan bakar, dan juga rekreasi," ucapnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,17%, Pendorongnya Konsumsi Rumah Tangga dan Industri Pengolahan
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2018 sebesar 5,17%. Lebih rendah dibandingkan kuartal II 2018 yang sebesar 5,27% yoy.
Meski demikian, pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan kuartal III pada tahun-tahun sebelumnya. Pada kuartal III 2017 sebesar 5,06%, di 2016 5,03%.
"Jadi memang pertumbuhan kuartal III 2018 paling baik dari tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)