JAKARTA – Penguatan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir menunjukkan keyakinan investor terhadap Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini pun disambut baik kalangan pengusaha dan pelaku pasar karena bisa menumbuhkan optimisme di pengujung tahun. Kemarin berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada di level Rp14.651 per dolar Amerika Serikat (USD). Angka tersebut menguat signifikan dari pada sehari sebelumnya yang sebesar Rp14.764 per USD. Penguatan ini melanjutkan tren positif sejak pekan lalu saat rupiah masih di atas Rp15.000 per USD. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyambut baik penguatan rupiah yang terjadi dalam sepekan terakhir ini. Dia berharap rupiah bisa menguat di bawah Rp14.000.
Baca Juga: Rupiah Melemah Lagi, Pagi Ini Parkir di Rp14.637/USD
“Karena kalau rupiah melemah akan meningkatkan semua biaya produksi. Harapan kami bisa menguat di bawah Rp14.000,” tuturnya di Jakarta kemarin. Pelaku industri pasar modal Susy Meilina berpendapat, penguatan rupiah dipengaruhi beberapa faktor dari domestik hingga global. Dari dalam negeri, laporan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2018 yang mencapai 5,17% mampu mendorong tingkat kepercayaan investor. Hal tersebut bisa mendorong kepercayaan terhadap pertumbuhan pendapatan korporasi pada kuartal IV/2018. “Penguatan rupiah ini juga akan mendorong kepercayaan terhadap pemerintah,” ujar Susy.
Dia menambahkan, faktor global yang turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah adalah karena peningkatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang lebih moderat. Menurutnya peningkatan suku bunga acuan tahun ini yang berkisar 100-125 basis poin (bps) akan lebih rendah lagi pada 2019, yakni sekitar 50-75 bps. Dari sisi domestik, rupiah juga terbantu oleh membaiknya cadangan devisa Indonesia yang tercatat USD115,2 miliar pada akhir Oktober 2018, meningkat bila dibandingkan dengan posisi akhir September 2018 yang sebesar USD 114,8 miliar.
Baca Juga: Pelemahan Rupiah Tak Pengaruhi Perdagangan Online
BI mengakui, peningkatan cadangan devisa pada Oktober 2018 menjadi sebesar USD115,2 miliar dipengaruhi penerimaan devisa migas dan penarikan utang luar negeri (ULN) pemerintah yang lebih besar dari kebutuhan devisa untuk pembayaran ULN pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. “Kami menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman.