JAKARTA - Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean menyatakan bahwa perekonomian Indonesia tahun depan diprediksi masih dihadapkan pada banyak tantangan.
Di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi sebesar 4,9% atau sedikit lebih rendah dari rata-rata 2018 yang berada di 5%.
"Volatilitas di pasar finansial, sebagai konsekuensi kurangnya likuiditas akibat naiknya suku bunga akan terus berlanjut. Kondisi tersebut muncul akibat tekanan dari faktor eksternal dan kondisi pasar domestik yang kemudian berimbas pada pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 2019 Tak Jauh Berbeda dengan 2018, Ini Analisanya
Dia menjelaskan, ada faktor-faktor yang memengaruhi hal tersebut, seperti dari sisi global. Tantangan yang akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari prospek berlanjutnya normalisasi suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR), sebanyak dua sampai tiga kali pada tahun depan.
"Perlambatan di China, prospek normalisasi moneter di zona Eropa, gesekan geopolitik yang berimbas ada harga minyak, serta berlanjutnya perang dagang antara AS dan China," tuturnya.
Baca Juga: Meleset dari Target, Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi 2018 Hanya 5,17%
Dia menuturkan, bahwa dinamika yang terjadi pada tingkat global tersebut akan menyebabkan berlanjutnya rotasi antar kelas aset yang kemudian berdampak dengan pergeseran ekuilibrium kurs global.
"Ke semuanya perlu direspons pemerintah lewat penyesuaian kebijakan fiskal moneter dan perdagangan. Harapannya agar daya tarik pasar keuangan domestik tetap terjaga," ungkapnya.
(Dani Jumadil Akhir)