Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sederet Masalah Google pada 2018, Nomor 7 Paling Parah

Ade Rachma Unzilla , Jurnalis-Senin, 17 Desember 2018 |15:07 WIB
Sederet Masalah Google pada 2018, Nomor 7 Paling Parah
Ilustrasi (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - CEO Google Sundar Pichai dinilai mengecewakan saat menanggapi berbagai pertanyaan saat pada kongres awal pekan lalu. Hal ini sekilas mirip karakteristik CEO Google sebelumnya Eric Schmidt atau Larry Page.

Mendengar banyak pendapat mengecewakan dari pemirsa, membuat Pichai harus menjelaskan lebih lanjut secara langsung bagaimana rencana perusahaan untuk melindungi privasi pengguna atau memperhitungkan dampak kemasyarakatannya.

Baca Juga: Kisah CEO yang Pilih Perusahaan dari pada Beli Rumah

Diketahui, 2018 ini Google menghadapi banyak kontroversi dengan tokoh kalangan atas dan tanggapannya sering terasa sama sekali tidak jelas.

Dilansir dari Forbes.com, Senin (17/12/2018), berikut beberapa daftar masalah yang dialami Google sepanjang 2018 :

1. Konten Youtube

Pada musim dingin lalu, platform video ini mempromosikan konten yang tidak pantas di bagian trending dan digambarkan sebagai salah satu instumen radikalisasi paling kuat di abad ke-21. Hal ini dianggap konten yang memecah belah atau menyesatkan.

Pichai akui perusahaan telah membuat langkah untuk mengekang konten yang bermasalah, tetapi ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

2. Proyek Maven

Saat musim semi, Gizmodo memecahkan berita bahwa Google bekerjasama dengan Pentangon untuk membantu menganalisis rekaman drone, yang mendorong lebih dari 3.000 karyawan menandatangani surat protes. Daftar yang dihasilkan dari etika kecerdasan yang dibuat-buat ini dianggap sebagai milquetoast (kurang tegas).

3. Tanggapan Google terhadap SDM

Pada pertemuan pemegang saham Alphabet di bulan Juni, sekolompok karyawan Google muncul untuk mempresentasikan proposal dari Zevin Asset Management untuk mengaitkan kompensasi eksekutif Alphabet dengan metrik keragaman dalam perekrutan dan retensi karyawan.

Baca Juga: Bisnis Internet Asia Tenggara Ditaksir Tembus USD240 Miliar pada 2045

Mereka mengatakan bahwa tanggapan Google terhadap masalah SDM tidak memadai. Sementara itu, sepanjang tahun perusahaan itu dilanda dengan serentetan tuntutan hukum yang berlawanan.

4. Regulator di jalur perang

Google dianggap telah melanggar regulasi yang menyebabkan bulan Juli, Uni Eropa mendenda Google sebesar USD5 miliar karena menyalahgunakan dominasi sistem operasi seluler Androidnya. Selain itu, kritikus mengklaim Google tidak cukup mematuhi putusan antitrust 2017 yang melibatkan produk belanjanya.

5. Proyek Dragonfly

Pada akhir musim panas, The Intercept pertama kali melaporkan rincian rencana rahasia Google yang dijuluki Proyek Dragonfly untuk meluncurkan mesin pencari (search engine) yang disensor di China.

Proyek ini akan memblokir hasil pencarian untuk pertanyaan yang dianggap sensitif oleh pemerintah seperti ‘hak asasi manusia’ dan ‘protes mahasiswa’ serta tautan penelusuran pengguna ke nomor telepon pribadi mereka. Upaya tersebut meningkatkan lonceng alarm dengan anggota parlemen, aktivis hak asasi manusia, dan karyawan yang belum ada jawaban jelas tentang apakah Google pada akhirnya akan melakukan proyek dalam hal ini.

6. Merahasiakan bug

Dua bug keamanan terpisah mengungkapkan lebih dari 52 juta informasi profil pribadi pengguna Google Plus mendorong perusahaan untuk mematikan jaringan sosial.

Lebih mengerikan lagi, The Wall Street Journal melaporkan pada bulan Oktober Google tidak mengungkapkan bug pertamanya selama berbulan-bulan karena khawatir pengawasan peraturan dan kerusakan reputasi.

7. Karyawan meninggalkan kantor

Awal November lalu, lebih dari 20.000 karyawan keluar dari kantor mereka di seluruh dunia. Hal ini dilakukan usai laporan New York Times menjelaskan bagaimana Google melindungi eksekutif yang dituduh melakukan perilaku seksual yang salah, baik dengan menjaga stafnya atau mengizinkan mereka keluar secara bersahabat.

Dari seluruh masalah yang ada, protes karyawan paling menyorot perhatian. Melui petisi, surat terbuka, pengunduran diri dan protes, para pekerja telah menyatakan ketidakpuasan mereka dengan kontrak bisnis perusahaan, rencana masa depan, dan kebijakan internal.

Para karyawan juga mendorong tuntutan seperti kesetaraan bagi pekerja kontrak Google dan mengakhiri semua kasus arbitrase paksa.

Meskipun Google telah tergelincir dalam peringkat ‘tempat yang diinginkan untuk bekerja’, semua kesalahan dan skandalnya tidak menyebabkan gangguan dalam keuangannya.

Adapun tanggapan Google dan Pichai mungkin tidak menyenangkan semua orang, setidaknya mereka terlihat bagus dibandingkan dengan pesaingnya di Silicon Valley.

“Google melakukan lebih baik daripada Facebook tahun ini,” kata analis Pivotal Brian Weiser, “Banyak masalah yang sama yang dihadapi Facebook adalah masalah untuk Google juga, tetapi perbedaan utamanya adalah bahwa Google adalah perusahaan yang dikelola dengan lebih baik sehingga tidak memiliki tingkat fokus yang sama,” tambahnya.

Hal ini pun menjadi tantangan terbesar Pichai untuk tahun depan tidak hanya membuat para pemegang saham senang, tetapi harus bisa menenangkan pengguna, pembuat peraturan dan karyawan.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement