Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

The Fed Melunak hingga Perang Dagang Bikin Rupiah Menguat

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Senin, 07 Januari 2019 |16:41 WIB
   The Fed Melunak hingga Perang Dagang <i>Bikin</i> Rupiah Menguat
Ilustrasi: Foto Shutterstock
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) hari ini mengalami penguatan. Setelah dibuka menguat dikisaran Rp14.105-an per USD pada pagi tadi, pada siang Rupiah bahkan sempat tembus level Rp13.900-an per USD.

Melansir Bloomberg Dollar Index, Senin (7/1/2019) pukul 14:03 WIB, YahooFinance mencatat Rupiah menguat 285 poin atau 1,98% ke Rp14.060 per USD. Dalam pantauan YahooFinance, Rupiah bergerak di kisaran Rp13.990 per USD – Rp14.345 per USD.

Sementara, Bloomberg Dollar Index mencatat Rupiah pada perdagangan spot exchange menguat 216 poin atau 1,51% ke level Rp14.054 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.022 per USD – Rp14.184 per USD.

 Baca Juga: Ini 'Obat Kuat' Rupiah Bisa ke Rp13.990 per USD

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menyatakan, Rupiah melanjutkan penguatan yang signifikan yakni sebesar Rp215 per USD atau terapresiasi 1,51%. Hal ini didorong sejumlah sentimen global yang membuat Dolar AS terpukul.

"Sentimen positif dari kesepakatan perang dagang, perubahan sikap The Fed, dan berbagai perkembangan data ekonomi tersebut mendorong terjadinya pelemahan nilai tukar USD secara broadbase, penguatan index saham global dan kenaikan yield US Treasury," ujar Nanang , Senin (7/1/2019).

Dia menjelaskan, penguatan mata uang Garuda ini terjadi didorong situasi pasar keuangan global yang diwarnai optimisme atas terhadap prospek hasil negosiasi kesepakatan perang dagang AS dan China. Selain itu, perubahan sikap Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell terhadap kenaikan suku bunga AS ke depan juga memengaruhi penguatan Rupiah.

"Tidak seperti sebelumnya yang tegas akan menaikkan suku bunga dua kali di 2019, pasca jatuhnya harga saham di AS, kali ini The Fed menyiratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi ke depan, serta siap melakukan perubahan dalam kebijakan suku bunga ke depan dan mulai melunak atas rencana proses penarikan likuiditas dari sistem keuangan," paparnya.

 Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp13.990/USD Siang Ini

Nanang menyatakan, AS melakukan proses normalisasi kebijakan moneter pasca krisis 2008/20019 dengan melepas kembali surat-surat berharga yang diterbitkan swasta. Artinya tengah terjadi penarikan likuiditas dari sistem keuangan.

Surat berharga milik swasta yang ada pada neraca The Fed sampai saat ini baru turun ke USD3,86 triliun per Januari 2018, dari USD4,2 triliun yang bertahan sejak Januari 2014. "Bila penarikan likuiditas dari sistem keuangan dilakukan terlalu cepat maka dapat menimbulkan keketatan dolar di seluruh dunia," jelasnya.

Menurut dia, meski kondisi ekonomi AS semakin solid, namun diperkirakan tidak akan tetap kuat menahan pelemahan ekonomi global bila ekonomi Eropa, Jepang, dan China semakin kehilangan tenaga.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement