Pada semester I/2018 industri agro menyumbang hingga 49,11% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor non-migas. Pada periode sama, ekspor dari industri agro berkontribusi mencapai USD23,26 miliar atau 26,43% terhadap total ekspor nasional. “Artinya, produk-produk agro kita telah mampu berdaya saing global,” katanya.
Investasi di industri agro juga menjadi motor penggerak pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia. Pada semester I/2018 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di industri agro mencapai Rp24,32 triliun, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) menembus angka USD1,1 miliar. Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto memaparkan kinerja positif dari beberapa subsektor industri agro, antara lain industri pengolahan crude palm oil (CPO), kakao, dan gula.

Di industri pengolahan sawit, program implementasi B-20 mendorong pertumbuhan pasar domestik produk hilir sebesar 6,5% serta ekspor produk pangan dan biofuel kelapa sawit tumbuh hingga 7,4%. “Saat ini rasio ekspor produk hilir di industri CPO sebesar 80% dibandingkan produk hulu. Investasi mencapai USD1,2 miliar dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang dan 32.000 tenaga kerja tidak langsung,” katanya.
Pada 2019 pasokan biodiesel ditargetkan sebesar 6,1 juta ton yang didukung dengan pabrik biodiesel nasional berkapasitas terpasang mencapai 12,75 juta kiloliter. Sementara industri pengolahan kakao terjadi peningkatan utilitas menjadi 61% pada 2018 dibandingkan 2017 sekitar 59%.