Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Faktor Eksternal Hambat Kinerja Ekspor RI 2019

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 21 Januari 2019 |10:36 WIB
Faktor Eksternal Hambat Kinerja Ekspor RI 2019
Faktor Eksternal Hambat Ekspor (Foto Koran Sindo)
A
A
A

JAKARTA – Tantangan untuk memperbaiki kinerja perdagangan tahun 2019 masih sangat besar. Faktor-faktor eksternal yang menekan ekspor pada tahun 2018 masih akan dirasakan tahun ini, khususnya perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama dan sentimen perang dagang.

Selain itu, harga komoditas andalan diprediksi akan terus melemah tahun 2019, termasuk di antaranya sawit, batu bara, karet, dan tembaga.

“Harga minyak yang memperlebar defisit migas memang sudah mengalami penurunan tajam pada akhir 2018. Akan tetapi, potensi untuk kembali meningkat tahun 2019 masih sangat terbuka,” kata Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal di Jakarta.

 Baca Juga: Turun 4,89%, Ekspor Desember 2018 Capai USD14,83 Miliar

Hal itu sejalan dengan rencana negara-negara OPEC dan Rusia untuk melakukan production cut secara signifikan, walau kemungkinan besar peningkatan harga tidak akan melebihi rata-rata harga minyak tahun 2018.

Dia mengatakan, tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang mendorong lonjakan impor tahun 2018 juga diprediksi masih akan dirasakan tahun ini meskipun dengan kadar lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Meski demikian, kata Faisal, pemerintah masih bisa memperbaiki kinerja perdagangan masih sangat terbuka, setidaknya untuk memperkecil defisit.

 Baca Juga: Impor Indonesia Tumbuh Lebih Cepat dari Ekspor

Sejumlah kebijakan untuk meredam impor yang sudah dikeluarkan, seperti kebijakan PPh 22 impor untuk barang konsumsi, program B20, maupun kebijakan TKDN, yang selama 2018 masih belum banyak terasa efektivitasnya, perlu di evaluasi, dipertajam, dan diperkuat agar lebih terlihat efektivitasnya pada tahun 2019.

Menurut Faisal, dalam jangka menengah panjang, revitalisasi industri manufaktur mutlak dilakukan untuk mendongkrak daya saing produk-produk manufaktur dan mendorong akselerasi pertumbuhan ekspor manufaktur, apalagi mengingat harga komoditas ekspor terus tertekan.

Selain itu, kata dia, untuk jangka lebih pendek, pemerintah perlu lebih serius mendorong diversifikasi ke negara-negara tujuan ekspor non tradisional sehingga ketergantungan terhadap pasar ekspor utama tidak terlalu besar.

 Baca Juga: 3 Tips Wapres JK Tingkatkan Ekspor: Lebik Baik, Cepat dan Murah

Kinerja perdagangan Indonesia pada Desember 2018 terjadi defisit sebesar USD1,1 miliar. Meskipun lebih rendah di bandingkan dengan defisit bulan sebelumnya yang mencapai USD2 miliar, secara kumulatif sepanjang 2018 defisit perdagangan Indonesia mencapai USD8,6 miliar.

Peneliti CORE Indonesia Dwi Rahmayani mengungkapkan, ini merupakan sebuah rekor kinerja perdagangan terburuk sepanjang sejarah lebih buruk dibanding defisit yang terjadi pada 2013 mencapai USD4 miliar.

“Buruknya kinerja perdagangan tahun 2018 didorong dua sisi, yakni anjloknya pertumbuhan ekspor serta akselerasi impor yang tajam. Ekspor hanya tumbuh 6,7%, jauh di bawah performa tahun 2017 yang tumbuh sampai 16,2%. Sementara impor malah mengalami akselerasi dari 15,7% pada 2017 menjadi 20,2% tahun 2018,” ujarnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement