Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Indonesia Masuk Kelompok Negara Miskin? Ini Kata Mantan Menkeu

Yohana Artha Uly , Jurnalis-Selasa, 22 Januari 2019 |14:34 WIB
Indonesia Masuk Kelompok Negara Miskin? Ini Kata Mantan Menkeu
Ilustrasi (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan, tak perlu ada perdebatan soal Indonesia termasuk negara miskin atau tidak. Pasalnya, ada standar penilaian untuk mengetahui kemampuan ekonomi suatu negara.

"Ada definisinya, kalau pendapatan per kapita di bawah USD995 itu disebut sebagai low income (berpendapatan rendah), negara yang tergolong miskin," jelasnya dalam diskusi ekonomi di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Lanjutnya, untuk negara dengan pendapatan per kapita USD995 hingga USD3.800 masuk dalam kategori menengah rendah atau lower middle income. Sedangkan pendapatan per kapita USD3.800 hingga USD12.000 masuk dalam kategori negara menengah tinggi atau upper middle income.

"Indonesia jelas pendapatan per kapita itu USD3.800 hampir ke USD4.000. Jadi kita itu upper middle country," katanya.

Baca Juga: Sri Mulyani : PDB Indonesia Tinggi Dibandingkan Singapura, tapi...

Dia menjelaskan, di tengah kondisi gejolak ekonomi dunia, banyak negara penghasil sumber daya alam yang berjuang untuk mendorong ekonomi setidaknya bisa tumbuh 3%. Sebab, harga komoditas memang tengah mengalami penurunan.

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara penghasil sumber daya alam masih mampu mendorong ekonomi tumbuh di kisaran 5%. "Menteri Keuangan Nigeria pernah ngajak saya ngobrol, mereka iri Indonesia pertumbuhan ekonominya bisa 5%. Tentu kita enggak bisa berpuas dengan ini, kita harus percepat. Tapi memang masa depannya (Indonesia) begitu cerah," jelasnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Haiti

Dia mencontohkan, salah satu yang menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia yakni terlihat dari daya beli masyarakatnya. Kata Chatib, pada Februari 2018 lalu saat dirinya ke Perth, Australia, banyak masyarakat Indonesia berkunjung ke Negara Kangguru tersebut untuk sekedar menonton konser musik.

"Makain banyak yang ke Perth di Februari karena mau nonton Phil Collins. Saya enggak bisa membayangkan 10 tahun yang lalu orang Indonesia datang ke Perth hanya untuk nonton Phil Collins, enggak mungkin. Jaman kita itu ngantri hanya nonton Persija lawan Persib, enggak mungkin Phil Collins," pungkas dia.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement