JAKARTA - Beberapa produsen mobil merasa khawatir dengan pengiriman suku cadangannya. Hal ini dikarenakan terjadinya Brexit.
Dilansir dari laman CNN, Selasa (12/2/2019), pengemudi truk Gordon Terry mengaku perlu waktu 44 jam untuk mengangkut pengiriman suku cadangan mobil dari Turin, Italia ke pabrik Jaguar Land Rover di luar Liverpool. Padahal, secara hukum 10 jam adalah waktu untuk berkendara dalam satu hari.
Barang-barang suku cadang yang dibawanya pun digunakan untuk produsen mobil mewah dan besar seperti BMW, Airbus, Nissan, dan Jaguar Land Rover.
Diduga, Brexit menyebabkan pemeriksaan ketat di perbatasan Inggris dan mengganggu sistem pengiriman barang karena terkena biaya yang lebih tinggi. Hal ini pun memaksa produsen untuk memikirkan kembali bisnis mereka di Inggris.
Baca Juga: Masalah Brexit Berlarut, Bos Adidas Khawatir Bisnis di Eropa Terganggu
Ternyata, titik masalah pengiriman barang saat Brexit ini adalah Pelabuhan Dover. Pelabuhan Dover diketahui menangani 2,5 juta truk pada 2018 dan saat Brexit, pemeriksaan di perbatasan dikhawatirkan menjadi ketat.
"Bahkan menambahkan beberapa menit untuk pemeriksaan dasar untuk melihat apakah dokumen telah diajukan dengan benar akan (menyebabkan truk) kembali ke sekitar 20 kilometer di kedua sisi perbatasan," kata Alex Veitch, kepala kebijakan global untuk Asosiasi Transportasi Pengangkutan Inggris.
Produsen mobil Ford memperkirakan bahwa Brexit akan menelan biaya USD800 juta pada 2019. Sedangkan, Jaguar Land Rover (JLR) yang dimiliki oleh Tata Motor (TTM) India, telah memperkirakan akan kehilangan USD1,6 Miliar laba dalam setahun.
“Jika pengiriman tidak tepat waktu, kami tengah menghadapi tantangan. Ini risiko yang sangat besar,” kata CEO JLR Ralf Speth.
Sementara itu, BMW telah memutuskan untuk menutup pabrik Mini Cooper di Oxford setelah dipastikan suku cadangan tidak dapat dikirim setelah Brexit.
“Sebagai bisnis yang bertanggung jawab, kami melihat opsi kami dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan kami siap menghadapi skenario terburuk,” kata pihak BMW.
Baca Juga: Brexit, Aset Rp14.087 Triliun Akan Pindah dari Inggris ke Uni Eropa
Hal ini pun menyebabkan perusahaan di Inggris memindahkan investasinya ke negara lain. Terbukti, perusahaan Airbus mengalihkan investasi pabrik di Inggris.
CEO Port of Calais Jean-Marc Puissesseau dan timnya bahkan telah menghabiskan USD6,8 juta untuk membangun area penahanan truk yang tidak memiliki dokumen lengkap saat pemeriksaan pabean.
Pelabuhan dinilai tidak memiliki teknologi yang diperlukan untuk memeriksa dokumen driver secara real time. Kemudian, area penahanan juga tidak cukup besar untuk menampung truk.
Akhirnya, banyak perusahaan pun membeli helikopter sendiri untuk melakukan pengiriman tepat waktu.
(Feby Novalius)