Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Smelter Nikel Senilai USD1 Miliar Beroperasi di Konawe

Retno Tri Wardani , Jurnalis-Senin, 25 Februari 2019 |14:33 WIB
Smelter Nikel Senilai USD1 Miliar Beroperasi di Konawe
Smelter Nikel (Foto: Website Kemenperin)
A
A
A

JAKARTA – Pemerintah terus berupaya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dalam negeri. Salah satunya memperkenalkan industri smelter nikel yang bernilai USD1 miliar dan sudah beroperasi di Konawe.

Industri pengolahan dan pemurnian (smelter) berbasis nikel semakin menggeliat seiring dengan peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia. Terlebih lagi, industri smelter dinilai berperan penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional lantaran sejalan terhadap program peningkatan nilai tambah sumber daya alam.

“Pemerintah berkomitmen melaksanakan kebijakan hilirisasi industri, karena mampu meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal dan penerimaan devisa dari ekspor,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. dikutip dari laman Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (25/2/2019).

Baca Juga: Daftar Perusahaan Tambang 'Malas-malasan' Bangun Smelter

Untuk itu, Menperin memberikan apresiasi kepada PT VDNI yang telah merealisasikan investasinya sebesar USD1miliar untuk membangun 15 tungku Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan total kapasitas produksi bisa mencapai 800 ribu metrik ton per tahun untuk menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) yang memiliki kadar nikel 10-12%.

“Kami menyambut baik proyek ini, apalagi akan dilanjutkan menjadi industri yang terintegrasi dan menghasilkan stainless steel berkelas dunia,” ujarnya.

PT VDNI telah memberikan kontribusi cukup signfikanterhadap pertumbuhan nilai ekspor nasional, yang menyumbang sebesar USD142,2 juta hingga akhir tahun 2018 dari pengapalan produk NPI.

“Selain itu, proyek ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak enam 6.000 orang yang sebagian besar merupakan warga asli Sulawesi Tenggara. Tenaga kerja tidak langsung juga terserap sebanyak 10.000 orang yang merupakan bagian dari multiplier effect,” paparnya.

Airlangga pun berharap, aktivitas industrialisasi ini mendapat dukungan harmonis dari masyarakat, pemerintah daerah dan stakeholder. “Dengan kerja sama yang baik, keberadaan industri ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar,” ujarnya.

smelter

Fasilitas smelter dengan luas area 700 hektare tersebut menjadi salah satu fasilitas pemurnian bijih nikel terbesar di Indonesia. PT VDNI adalah anak perusahaan Jiangsu Delong Nickel Industry Co., Ltd, produsen feronikel terkemuka.

Bahkan, perusahaan afiliasi PT VDNI, sedang membangun pabrik smelter nikel dengan kapasitas produksi NPI sebanyak 1,2 juta ton per tahun dan pabrik untuk memproduksi stainless steel dengan kapasitas sebanyak 3 juta ton per tahun. Total nilai investasi ini diperkirakan mencapai USD2 miliar. Dengan diproduksinya stainless steel di PT VDNI sangat sesuai dengan program hilirisasi smelter di Indonesia yang sedang di dorong terus oleh Kementerian Perindustrian.

“Pembangunan pabrik di luar Pulau Jawa ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menginginkan pemerataan industri dan ekonomi sehingga terwujudnya Indonesia sentris,” tegasnya. Pemerintah memproyeksikan akan terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa sebesar 60% dibanding di Jawa.

Presiden Direktur PT VDNI Zhu Min Dong menyampaikan, pihaknya bertekad untuk menjadi industri smelter terbesar di Indonesia dan berkelas dunia di masa mendatang.

“Fasilitas ini memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif terhadap pembangunan dan kemajuan Sulawesi Tenggara pada khususnya serta umumnya bagi kemajuan Indonesia,” tuturnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement