JAKARTA - Dalam industri perikanan baik perikanan laut maupun tambak, kehadiran cold storage atau gudang berpendingin sangat krusial. Dengan cold storage, nelayan atau petambak bisa menyimpan hasil tangkapannya relatif lebih lama, sehingga nilai ekonomisnya tidak menyusut akibat proses pembusukan alamiah.
Dengan pengendalian atau pengaturan suhu di cold storage umur komoditas dapat diperpanjang (extended shelf life). Seperti dipaparkan Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni.
"Ikan harus didinginkan segera setelah ditangkap di laut atau dipanen di tambak. Karena jika dalam 4 jam setelah ditangkap tidak cepat diturunkan suhunya, akan terjadi perubahan fisik, terjadi perkembangan bakteri. Jadi berbau tengik, berlendir, lembek karena terjadi perubahan mikrobiologis. Di sini peran penting cold storage pasca penangkapan atau pascapanen,” jelas Hasanuddin Yasni dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (5/3/2019).
 Baca Juga: KKP Kebut Proyek Cold Storage di Lumbung Ikan Nasional
Dia menambahkan, penghematan penggunaan listrik untuk cold storage mencapai dua kali lipat. “Perbandingan penghematan antara menggunakan listrik PLN untuk cold storage dengan genset itu 1 banding 2. Jadi sekitar 2 kali lipat biaya menggunakan genset untuk cold storage dibanding dengan listrik PLN,” urainya.
Penggunaan cold storage pun menurut Hasan juga terbukti mampu menunjang pertumbuhan bisnis nelayan setempat sekitar 5%-6%. Sementara mengutip data ARPI pada Oktober 2017, kapasitas cold storage untuk perikanan mencapai 200 ribu ton, masih jauh dari kebutuhan nasional yang memerlukan kapasitas penyimpanan mencapai 1,7 juta ton.
 Baca Juga: KKP Tugaskan Perum Perindo Kelola 3 Cold Storage
“Daerah-daerah yang urgent membutuhkan cold storage di timur yaitu NTB dari Lombok sampai Sumbawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat, Sulawesi Utara sampai Selatan, Maluku mencakup Ambon dan Ambon Utara, lalu Papua di Sorong dan Timika. Demikian juga daerah Sumatera membutuhkan cold storage untuk hasil pertanian seperti Lampung, Palembang, dan Riau yang besar produksi peternakannya,” urainya.