Namun, laba bersih sepanjang 2018 anjlok hingga 40% dari USD50,7 juta selama 2017 menjadi USD30,5 juta pada 2018.
Iwan menuturkan penyebab anjloknya laba bersih sepanjang 2018 karena perawatan mesin lebih banyak dilakukan di luar negeri, pelemahan rupiah serta kenaikan harga avtur yang menyebabkan maskapai tersendat dalam pembayaran perawatan pesawat.
“Instrumen pembayarannta trouble sehingga harus ada pinjaman modal, ada beban keuangan sehingga cash in tidak sepadan dengan cash return,” katanya.

Sepanjang 2018,GMF juga telah menandatangani kerjasama strategis dengan Air France Industries/KLM Engineering & Maintenance (AFI/KLM E&M) dan membekali diri dengan beberapa penambahan kapabilitas dan kapasitas, di antaranya perawatan line maintenance Boeing 787 dan Airbus A350.