Meskipun begitu, diakui Amin, penurunan harga bahan bakar jelang akhir tahun lula menjadi angin segar yang berdampak positif terhadap profitabilitas PT Timah. Sebagai informasi, di tahun 2018 lalu, PT Timah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1.185 miliar. Sejumlah 23,65% dari belanja modal tersebut digunakan untuk mesin dan instalasi.
Sementara itu, 14,33% lainnya untuk peralatan eksplorasi, penambangan, dan produksi, sedangkan sisanya digunakan untuk pembelian aset berupa tanah, bangunan, peralatan, dan lain sebagainya.“Manajemen optimis bahwa kinerja PT Timah pada tahun 2019 akan meningkat seiring dengan membaiknya tata kelola pertimahan di Indonesia, terutama dengan dukungan regulasi dari pemerintah,” jelas Amin.
Tahun ini, TINS membidik laba bersih sebesar minimal Rp 1,2 triliun. Target laba tersebut mempertimbangkan target penjualan yang diprediksi melonjak karena TINS juga menampung hasil produksi dari penambang rakyat. Maka untuk memenuhi target laba bersih, perseroan memanfaatkan situasi penertiban illegal mining dengan melakukan program pembinaan tambang rakyat dengan menyediakan pos-pos penerimaan bijih timah dengan sistem pembayaran yang cepat dan online menggunakan kartu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)