Namun, sejumlah warganet di China menuding budaya jam kerja panjang menyebabkan rendahnya tingkat kelahiran. Hal ini membuat China berpotensi menghadapi aging population lebih cepat.
Sementara itu, Ma yang saat ini memiliki kekayaan sekitar Rp560 triliun merespons kritikan yang ditujukan kepadanya dengan alasan bekerja dengan jam itu harus menyenangkan, termasuk di dalamnya waktu untuk belajar, introspeksi, dan pengembangan diri.
"966 tidak bisa dipahami secara sederhana sebagai bekerja terlalu berlebihan. Ini bukan pekerjaan fisik yang membosankan dan tidak sama sekali bentuk eksploitasi," kata Ma melalui Weibo, situs microblog terpopuler di China.
Baca Juga: Jack Ma Dikritik Gara-Gara Dukung Budaya Kerja 12 Jam
Profesor Renmin University, Han Jun mengatakan, perusahaan membutuhkan lebih dari sekedar kerja keras. Menurut dia, tekanan yang terlalu tinggi terhadap para pekerjanya justru akan merugikan perusahaan itu sendiri.
"Kebutuhan akan keahlian dan kreativitas semakin tinggi dan meminta pekerja untuk bekerja terlalu lama akan berdampak negatif pada kualitas kerja dan efisiensi pekerja dalam bekerja akan berkurang," ujar Jun.