NEW YORK – Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) startup Luckin Coffee, Jenny Zhiya Qian, berhasil menggapai sukses besar. Perempuan yang meraih gelar M.B.A. dari Universitas Peking itu menjadi miliarder dalam hitungan menit setelah perusahaan rintisannya menggelar debut IPO (Initial Public Offering) di NASDAQ pada pekan lalu.
Baca Juga: Habiskan Rp1,3 Triliun, Miliarder India Beli Toko Mainan Tertua Dunia
Potensi menjanjikan Luckin Coffee yang disebut-sebut sebagai pesaing Starbucks menarik perhatian investor kaya Charles Zhengyao Lu sejak pertama kali muncul di Beijing. Pada awal perdagangan Jumat (17/5) di NASDAQ New York, Amerika Serikat (AS), nilai saham per lembarnya naik dari USD17 menjadi USD25,96. Dengan permintaan yang tinggi, kapitalisasi pasar Luckin Coffee mencapai hampir USD6 miliar. Qian yang memiliki saham hampir sebesar 17% berhak memperoleh bagian setara dengan USD1 miliar dalam hitungan menit sebelum kembali turun lagi. Kekayaan bersihnya bertahan di USD800 juta pada akhir transaksi. Qian sebelumnya bekerja sebagai Chief Operating Officer (COO) di perusahaan rental mobil Car Inc. dan startup serupa Go-Jek, UCar.
Dia kemudian mendirikan Luckin Coffee pada Oktober 2017 setelah sukses menggalang dana sebesar USD150 juta. Kafe miliknya menyebar secara agresif ke seluruh China dalam setahun. Luckin Coffee dikenal sebagai kafe dengan tempat yang minimalis, murah, dan terjangkau. Hampir 90% lokasi Luckin Coffe terletak di wilayah dengan lalu lintas yang padat seperti di gedung perkantoran dan kampus-kampus perguruan tinggi. Transaksi melalui aplikasi juga berlangsung baik di kota besar seperti Beijing. “Dengan adanya aplikasi ini, waktu pengantaran menjadi lebih cepat sekitar 18 menit,” ungkap Luckin Coffee, di lansir for bes.com. Para ahli menilai strategi yang diterapkan Luckin Coffee sangat efektif. Mereka menghemat biaya di toko sehingga mampu memasang banderol yang lebih murah dibanding Starbucks.
Pada Januari 2019, Luckin Coffee menjual sekitar 90 juta cangkir kopi. Tokonya tersebar ke sekitar 2.400 lokasi di seluruh China pada Maret. Qian berencana untuk melebarkan bisnisnya dengan 4.500 toko baru pada akhir tahun ini. Jika tercapai, mereka akan mengalahkan Starbucks yang menjadi kafe kopi terbesar di China. Starbucks yang mulai membuka toko di Beijing sejak 1999 memiliki toko di 3.600 lokasi dan berencana menambah 600 toko baru per tahun sampai 2022. Dengan ekspansi yang agresif, berdasarkan Komisi Bursa Saham dan Sekuritas AS, Luckin Coffe menelan kerugian USD241,3 juta dengan pendapatan USD125,3. Kerugian dan pertumbuhan Luckin Coffee terus berlanjut sampai sekarang. Pada kuartal pertama tahun ini, perusahaan yang berkantor di Xiamen tersebut menelan kerugian sekitar USD82,2 juta dengan pendapatan USD71,3 juta.