Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Transcoal Pacific Bikin Perusahaan Patungan dengan Mitra Luar Negeri

Transcoal Pacific Bikin Perusahaan Patungan dengan Mitra Luar Negeri
Kerjasama. Ilustrasi: Okezone
A
A
A

JAKARTA – Raup ceruk pasar angkutan jasa pelayaran lebih luas lagi, PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) akan membentuk usaha patungan atau joint venture dengan mitra dari luar negeri. Perseroan menyebutkan, pembentukan JV sudah dalam tahap final dan proses pembentukan akan selesai dalam waktu dekat. ”Mudah-mudahan kuartal III/2019 sudah bisa signing,” kata Direktur Utama Transcoal Pacific, Dirc Richard Talumewo dilansir dari Harian Neraca, Kamis (20/6/2019).

Richard menjelaskan bahwa dalam usaha patungan itu perseroan akan mengempit kepemilikan mayoritas. Disebutkan, porsi perseroan diperkirakan sebesar 55% dan dalam JV itu, TCPI bertindak sebagai penyedia jasa pengangkutan. Perseroan akan bertanggung jawab untuk logistik komoditas batu bara dan nikel.

Kendati demikian, dirinya belum membeberkan secara detail berapa investasi yang akan dikeluarkan untuk usaha patungan tersebut. Namun, pihaknya menyebut memerlukan penambahan aset sebagai pendukung bisnis di dalam JV. “Kebutuhannya minimal tambahan duamother vessel,” imbuhnya.

Baca juga: Transcoal Pacific Kantongi Kontrak Baru USD40,7 Juta

Richard mengatakan terbentuknya usaha patungan akan menambah tebal volume pengangkutan perseroan. Dengan demikian, perseroan berpeluang melampaui volume pengangkutan yang dibidik pada 2019. Seperti diketahui, TCPI mengincar volume pengangkutan 51 juta ton pada 2019. Nilai itu naik 25% dari realisasi sekitar 41,53 juta ton pada 2018.

Selanjutnya hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Transcoal Pacific Tbk menyepakati membagikan dividen senilai Rp79,68 miliar dari laba bersih perusahaan tahun lalu. Besaran itu mencerminkan dividen pay out ratio sebesar 30%. Dengan demikian para pemegang saham akan menerima dividen Rp15,5/saham.

Kata Richard, sesuai dengan aturan berlaku, dividen ini akan dibagikan pada 19 Juli 2019. Sebagai informasi, tahun lalu perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp265,61 miliar, melejit 151% dibanding dengan laba bersih perusahaan di akhir 2017 yang senilai Rp106 miliar. Laba bersih itu seiring dengan kenaikan pendapatan sebesar 50% menjadi Rp2,32 triliun dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,55 triliun.

ESDM Pastikan Tambah Kuota Produksi Batu Bara Jadi 585 Juta Ton pada Tahun 2018 

Peningkatan laba bersih ini juga sebagai dampak dari akuisisi sister company (perusahaan satu pengendalian), yaitu PT Kanz Gemilang Utama oleh perseroan di bulan Oktober 2018. Perseroan juga mengungkapkan, saat ini telah menyerap belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp180 miliar dari yang dialokasikan sepanjang tahun ini sekitar Rp750 miliar- Rp800 miliar.”Capex yang terserap sekitar 25%, kalau kita mengacu pada anggaran Rp750 miliar," kata Dirc Richard Talumewo.

Disampaikannya, capex yang terserap digunakan untuk membeli kapal mother vessel (MV) senilai Rp180 miliar. Sebagai gambaran, capex akan digunakan untuk membeli dua kapal MV, satu floating crane, dua phuser tug, satu tug dan satu kapal. Sumber pendanaan capex sekitar 70% dari BNI dan sisanya dari kas internal.

Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan yakni di kisaran Rp3,5 triliun-Rp4 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan volume pengangkutan batu bara dan nikel dari tahun lalu.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement