JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mencatatkan, ekspor kayu olahan Mencapai USD5,58 miliar hingga semester I-2019. Realisasi ini turun 5,63% dari ekspor di semester I-2108 yang sebesar USD5,91 miliar.
Secara rinci, nilai ekspor tersebut berasal dari ekspor furnitur kayu yang sebesar USD695,2 juta atau turun 0,31% dari periode sama tahun lalu yang sebesar USD697,3 juta, ekspor panel senilai USD1,05 miliar atau turun 16,32% yoy dari USD1,25 miliar.
Baca juga: Pasok Kebutuhan Industri Kayu, 140 Kelompok Petani Hutan Difasilitasi
Kemudian ekspor paper senilai USD1,93 miliar turun 1,33% yoy dari USD1,96 miliar, ekspor pulp senilai USD1,30 miliar naik 1,67% yoy dari USDUSD1,28 miliar. Juga dari ekspor veneer yang sebesar USD48,50 juta turun 9,10% yoy dari USD53,30 juta.
Kemudian ekspor woodworking sebesar USD524 juta atau turun 18,42% yoy dari USD642,30 juta dan ekspor chipwood (serpih kayu) yang sebesar USD26,50 juta atau turun 6,35% yoy dari USD24,90 juta.
Baca juga: Banjir Orderan, Produk Kayu Ringan RI Catat Potensi Transaksi Rp79 Miliar
Ketua Umum APH lndroyono Soesilo menyatakan, penurunan ekspor kayu olahan tersebut seiring dengan penurunan permintaan kayu olahan dunia, terutama plywood dan woodworking yang pasokannya terutama berasal dari hutan alam. Hal ini juga yang membuat penurunan nilai ekspor panel dan woodworking mengalami penurunan terdalam.
“Menurunnya produksi plywood dan woodworking ini juga berpengaruh nyata terhadap menurunnya permintaan kayu bulat di pasar domestik,” kata lndroyono di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (18/7/2019).
Baca juga: Menko Darmin: Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Tingkatkan Ekspor Kehutanan
Oleh sebab itu, APHI berupaya untuk bisa menggenjot nilai ekspor kayu olahan. Di antaranya dengan memanfaatkan hasil hutan kayu dari jenis-jenis komersial yang belum dikenal pasar secara luas.
Follow Berita Okezone di Google News