JAKARTA - Maskapai peneebangan Sriwijaya Air berencana untuk menghentikan operasional. Pasalnya maskapai Sriwijaya saat ini sedang terlilit utang.
Asal tahu saja, saat ini Sriwijaya Air masih memiliki 11 pesawat yang dioperasikan. Dari jumlah itu, hanya 10 pesawat yang bisa beroperasi, sedangkan sisanya satu pesawat standby.
Baca Juga: 2 Direksi Sriwijaya Air Mengundurkan Diri
Direktur Operasi Sriwijaya Air Fadjar Semiarto merekomendasikan agar operasional dari maskapai tersebut dihentikan untuk sementara waktu. Pasalnya, saat ini armada yang dimiliki maskapai itu berpotensi menimbulkan bahaya jika tetap beroperasi.
“Kalau dibilang sangat membahayakan (tidak), (tapi) berpotensi (berbahaya) iya. Karena dari sisi pesawat yang dirawat dalam kondisi yang limited berpotensi terjadi hal-hal yang di luar yang kita perkirakan,” ujarnya di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Baca Juga: Tak Prioritaskan Keselamatan, Direktur Desak Sriwijaya Air Hentikan Operasi
Fadjar menjelaskan, berdasarkan hazard identification and risk assessment (HIRA) operasional Sriwijaya Air menunjukan angka 4A. Artinya, jika tak segera dibenahi maka operasional dari maskapai akan terganggu.
“Kalau kita tidak bisa perbaiki jadi kuning menurut safety menjadikan kita rawan dari hal-hal kondisi yang normal. Ini yang kita pikirkan,” katanya.
Fadjar pun mengaku telah melaporkan hal tersebut kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Jefferson Jauwena. Namun, rekomendasi tersebut tak mendapat tanggapan.
Bahkan hingga saat ini maskapai penerbangan itu justru tetap mengoperasikan pesawat yang dimilikinya secara normal. Oleh karena itu karena tak juga ditanggapi, Fadjar memutuskan untuk mundur dari jabatannya.
“Karena surat tidak direspons Plt (Dirut Sriwijaya), malah terkesan tidak mendengarkan, tetap melakukan penerbangan secara normal maka kami menyatakan mengundurkan diri,” katanya.
Sementara itu, Direktur Teknik Sriwijaya Air Ramdani Ardali Adang menambahkan, kerjasama Sriwijaya dengan Garuda Maintenance Facility (GMF) telah dihentikan. Dengan putusnya kerjasama itu, dirinya mengaku khawatir dengan operasional Sriwijaya.
Sebab, dengan tidak adanya kerjasama tersebut pasokan spare part untuk armada Sriwijaya terbatas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap keselamatan penerbangan..
“Setelah putus dengan GMF saya khawatir sekali, HIRA-nya merah. Memang sampai saat ini belum terjadi sesuatu, tapi dari indikasi tersebut berpotensi besar dengan keselamatan penerbangan,” katanya.
(Dani Jumadil Akhir)