JAKARTA - Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Ma’ruf Amin akan dilantik pada 20 Oktober 2019 siang. Presiden Joko Widodo membuka opsi untuk langsung mengumumkan jabatan Menteri yang akan masuk dalam Kabinet Kerja jilid II pada sore harinya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, Menteri pada pemerintahan baru ini diharapkan bisa lebih mendorong konsumsi rumah tangga. Karena menurutnya, konsumsi rumah tangga merupakan salah satu instrumen penting pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
 Baca juga: Ada Perubahan Jumlah Kementerian? Ini Plus dan Minusnya
"Menteri Keuangan Sri Mulyani baru katakan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan dorongan kepada konsumsi harus diperhatikan Menteri yang baru," ujarnya saat dihubungi Okezone, Minggu (20/10/2019).
Â
Menurut Roy, setengah pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga. Sisanya adalah dibagi dari sektor investasi, belanja pemerintah hingga neraca perdagangan alias impor dan ekspor.
 Baca juga: Menteri Baru Harus Libatkan Pelaku Usaha dalam Kebijakannya
"Karena sektor konsumsi sampai hari ini masih merupakan kontributor terbesar dalam pertumbuhan ekonomi. Hampir 56% dikontribusikan konsumsi. Baru ada hitungan investasi baru ada hitungan pengeluaran pemerintah baru ada hitungan impro dikurangi ekspor. Artinya apa begitu pentingnya konsumsi harus dijaga," jelasnya.
Roy menjelaskan, antara daya beli dan konsumsi merupakan sesuatu yang berbeda. Karena menurutnya, konsumsi merupakan sesuatu yang pasti dan tepat, sedangkan daya beli adalah merupakan sesuatu yang tidak bisa diprediksi dan dilihat.
 Baca juga: Alasan Susi Pudjiastuti Tak Pakai Batik di Hari Terakhir Kerja Bikin para Menteri Ngakak
"Daya beli dan konsumsi sesuatu yang berbeda yang yang diukur pemerintah dan kita adalah sektor konsumsi. Daya beli tidak diukur sifatnya enggak akan yang tepat," jelasnya.
Sebagai salah satu contohnya, dalam beberapa tahun terakhir disebut-sebut adnya penurunan daya beli. Hal tersebut hanya berdasarkan adanya beberapa perusahaan ritel yang menutup tokonya.