JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merilis data realisasi asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sebagian besar tercatat meleset dari target yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 5,05% pada akhir tahun 2019, meleset dari target yang sebesar 5,3%. Sri Mulyani menyebut, realiasi itu cukup baik ditengah kondisi ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Rasio Utang RI Masih Aman, Simak Penjelasannya!
Sepanjang 2019 ekonomi global dibayangi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang tak kunjung usai, proses Brexit yang berlarut-larut, hingga persoalan geopolitik di sejumlah negara. Hal ini membuat perdagangan dunia melemah dan ekonomi global turut melambat.
"Namun dengan tekanan tadi kita tetap mampu menjaga pertumbuhan di atas 5% yakni pertumbuhan yang diestimasi 5,3% realisasinya diperkirakan 5,05%,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Baca Juga: Penerimaan Cuma 84,4%, Kekurangan Pajak 2019 Capai Rp245,5 Triliun
Selain itu, realisasi tingkat bunga SPN 3 bulan juga tercatat sebesar 5,6% lebih tinggi dari pagu yang ditetapkan sebesar 5,3%. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) sepanjang 2019 pun tercatat mencapai USD62 per barel, lebih rendah dari asumsi yang sebesar USD70 per barel.
Sementara, realisasi inflasi hingga akhir tahun 2019 mampu terjaga rendah di 2,72%, masih dalam jangkar pemerintah yang sebesar 3,5%. "Realisasi inflasi masih relatif sangat baik, bahkan menjadi terendah dalam 20 tahun terakhir,” imbuhnya.