JAKARTA – Wabah virus korona dari Wuhan, China berdampak pada perekonomian global, tak terkecuali di Indonesia. China merupakan mitra utama perdagangan Indonesia.
Virus mematikan ini telah menewaskan 813 jiwa di seluruh dunia, dengan kasus terbanyak di China yakni 811 jiwa. Wabah ini membuat perekonomian di daratan China terhenti sementara.
Berikut fakta seputar dampak virus koronan pada pertumbuhan ekonomi, seperti yang dirangkum Okezone pada Senin (10/2/2020):
1. Pertumbuhan Ekonomi Tak Akan Capai 5,3%
Peneliti Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan menyebutkan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan sebesar 5,3% adalah angka yang tidak realistis. Hal ini mengingat perekonomian China yang terganggu akibat wabah virus korona.
"Jadi, pertumbuhan ekonomi 5,3% tidak realistis untuk 2020. Kondisi global tertekan karena performa China turun dan menyebarnya virus korona," ujarnya di Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Baca Juga: The Fed: Virus Korona Ancam Prospek Ekonomi Global
2. Tekan Ekonomi Hingga 0,29%
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga mengatakan virus korona akan berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Dirinya menyebut perekonomian Indonesia dapat turun 0,1% hingga 0,29%.
"China diprediksi secara konsensus ekonomi akan turun 1%-2%. Kalau ke Indonesia 0,1%-0,29%," ungkapnya, Rabu (5/2/2020).
Namun demikian, Airlangga menilai dampak wabah virus korona tidak akan berlangsung lama. "Melihat dari prespektif SARS, itu tidak akan memakan waktu lama. Kita harap korona akan lebih singkat," tambahnya.
Baca Juga: Wabah Virus Korona, Simak 7 Potret di Kawasan Ekonomi China
3. BI Bakal Jaga Pasar Keuangan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pihaknya akan terus menjaga pasar untuk mengantisipasi dampak dari virus korona itu sendiri. Virus tersebut dinilainya turut mengganggu stabilitas pasar.
"Jadi, Bank Sentral selalu menjaga pasar, di waktu yang baik maupun buruk. Di mana, arus modal ke luar dari dampak virus korona yang mengganggu stabilitas pasar," ujarnya di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Untuk mempertahankan nilai rupiah, BI turut menstabilisasi pasar keuangan dengan membeli surat utang pemerintah yang angkanya mencapai triliunan. "BI juga menstabilisasi surat utang pemerintah. Anda tahu berapa banyak bonds yang telah kita beli dari pemerintah dengan arus modal ke luar tahun ini? Angkanya mendekati Rp25 triliun," ungkap Perry.
Perry kemudian menambahkan, BI melakukan koordinasi langsung bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani. "Ini persoalan yang diurus langsung oleh Menkeu Sri Mulyani. Tapi kami berkerja sama ketat to stabilize the market," tambahnya.