JAKARTA - Sejumlah pejabat dan pakar Amerika Serikat (AS) memperingatkan dampak ekonomi penutupan sejumlah pabrik di China karena wabah virus korona terhadap AS dalam beberapa bulan ke depan. Virus baru itu kini dinamai COVID-19.
Sementara ini, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, Robert O'Brien, mengisyaratkan dampak ekonomi itu terbatas.
Baca Juga: Imbas Virus Korona, Menhub Lobi Sri Mulyani agar Maskapai Dapat Insentif PNBP
Berbicara dalam acara di Dewan Atlantik di Washington pekan ini, O’Brien mengatakan, akan ada dampaknya terhadap pertumbuhan PDB Amerika.
"Kita lihat saja nanti," demikian seperti dikutip VOA Indonesia, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Baca Juga: Menhub: Banyak Maskapai Eropa Timur Minat Terbang ke Bali
Sektor medis Amerika juga diperkirakan akan terimbas wabah virus korona.
Dalam sidang Senat, Rabu (12/2/2020), tentang pandemi global, para pakar memperingatkan Amerika sangat bergantung pada alat-alat medis dan obat impor, dan akan segera merasakan pukulan akibat penghentian operasi pabrik di China.
Ada sekitar 400 pabrik obat di China, ujar direktur pelaksana Tim Perawatan Kesehatan Nikki Clowers, di Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika. Dia mengatakan penutupan pabrik yang berkelanjutan akan mempengaruhi pasokan peralatan untuk menangani wabah virus korona dan obat untuk penyakit kronis lainnya.
Mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Julie Gerberding mengatakan, sangat khawatir akan kemungkinan kekurangan antibiotik. Ia menjelaskan, banyak pasien virus korona mudah tertular penyakit lain akibat bakteri yang kebal obat. Namun, Gerberding menekankan, Amerika saat ini memiliki persediaan medis yang cukup.
CDC mengatakan, berencana menambah permintaan pasokan medis sebagai antisipasi virus korona "mewabah di Amerika."
(Dani Jumadil Akhir)