JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD864 juta. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisitnya mencapai USD1,06 miliar.
"Secara tahunan, defisit neraca perdagangan Januari 2020 diperkirakan sebesar USD864 juta, masih lebih baik dibanding defisit posisi Januari 2019 yang sebesar USD1,06 miliar," ujar Kepala BPS Suhariyanto.
Baca juga: Defisit Neraca Perdagangan Januari 2020, BI: Impor Barang Konsumsi dan Modal Naik
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyoroti impor bahan baku bagi industri baja dan besi. Selama ini, bahan baku menjadi kendala pengembangan industri baja dan besi di Indonesia.
Jokowi mengatakan, industri baja besi salah satu industri strategis nasional yang diperlukan nasional untuk membangun infrastruktur. Dari data yang dimiliki Kepala Negara, impor bahan baku besi dan baja menempati peringkat tiga besar.
“Ini menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan kita, defisit transaksi belanja kita,” kata Jokowi.
Oleh sebab itu, Sabtu (22/2/2020), berikut Okezone telah merangkum fakta neraca dagang deficit di awal tahun 2020:
Baca juga: Efek Domino Virus Korona pada Ekspor-Impor Indonesia
1. Defisit Neraca Perdagangan Sebesar USD864 Juta
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar USD864 juta. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisitnya mencapai USD1,06 miliar.
"Secara tahunan, defisit neraca perdagangan Januari 2020 diperkirakan sebesar USD864 juta, masih lebih baik dibanding defisit posisi Januari 2019 yang sebesar USD1,06 miliar," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta.
Adapun angka impor mencapai USD14,28 miliar pada Januari 2020. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya (Month to Month/MtM) sebesar 1,60% yang mencapai USD14,51 miliar.
Baca juga: Bukan Virus Covid-19, Defisit Neraca Dagang Januari karena Harga Komoditas
2. Neraca Perdagangan Defisit karena Harga Komoditas Mengalami Kenaikan
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan neraca perdagangan Januari 2020 yang mengalami defisit USD864 juta. Adapun angka impor mencapai USD14,28 miliar sedangkan ekspor juga turun menjadi USD13,41 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit neraca dagang yang terjadi lebih disebabkan karena harga komoditas. Sepanjang Desember hingga Januari, harga komoditas rata-rata mengalami kenaikan khususnya yang non migas.
Misalnya saja harga Minyak Sawit yang naik sekitar 8,44%. Sementara harga batu bara dan karet juga mengalami kenaikan masing-masing 6,5% dan 1,20%.
Baca juga: Dampak Virus Korona Belum Berpengaruh pada Neraca Perdagangan RI di Awal Tahun
"Sebaliknya yang turun di antaranya nikel tembaga dan timah. Fluktuasi beberapa komoditas tentu pengaruh pada nilai ekspor dan impor Indonesia di 2020," ujar Suhariyanto.