Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kecanggihan Alat Tes Virus Corona hingga Picu Perang Dagang, Ini 6 Faktanya

Giri Hartomo , Jurnalis-Minggu, 12 April 2020 |11:24 WIB
Kecanggihan Alat Tes Virus Corona hingga Picu Perang Dagang, Ini 6 Faktanya
Virus Corona (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Pemerintah telah mendatangkan alat pendeteksi virus corona atau coronavirus (Covid-19) dari perusahaan farmasi Roche, asal Swiss.

Alat pendeteksi virus corona ini jadi rebutan berbagai negara, sebab memiliki keunggulan dan kecepatan dari hasil tes virus corona.

Berikut fakta-faktanya seperti dirangkum Okezone, Jakarta, Minggu (12/4/2020).

1. Alat Tes Virus Corona dari Swiss

Pemerintah telah mendatangkan alat tes virus corona dari perusahaan farmasi Roche, asal Swiss. Alat tes kilat virus corona ini sebanyak 20 alat terdiri dari 2 alat detektor RNA otomatis dan 18 buah lightcycler untuk detektor Polymerase Chain Reaction (PCR).

Anggota Gugus Covid-19 yang juga sekaligus Stafsus Menteri BUMN Arya M Sinulingga mengatakan, alat RNA otomatis ini mempunyai kapasitas 1.000 tes per hari. Sementara 18 buah lightcycler untuk PCR mempunyai kapasitas 500 tes per hari.

2. Bisa Tes Virus Corona 10.000 Orang per Hari

 

Menurut Arya, jika alat pendeteksi virus corona ini sudah terpasang, maka bisa menaikkan jumlah tes pasien virus corona hingga mencapai 10.000 orang per hari.

"Dengan alat ini kalau sudah terinstall semua, satu harinya mencapai 9.000 sampai 10.000 tiap hari kita tahu hasil tes," kata Arya dalam telekonferensi, Jakarta, Rabu 8 April 2020.

Arya menambahkan, selain menambah jumlah pasien tes virus corona, alat ini juga memiliki kecepatan mengetahui pasien tersebut positif corona atau tidak.

"Dengan ini maka kita harapkan bisa setiap hari ada tes sampai 5.000 - 10.000 maka kita akan bisa dalam sebulan kita akan mencapai hampir 300.000 orang yang dites," katanya.


3. Terpasang di Rumah Sakit

Nantinya alat tes virus corona ini akan terpasang di rumah sakit di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua.

"Ini sudah mulai diinstall di salah satu rumah sakit di Jakarta. Dengan alat ini kita harapkan Indonesia akan semakin bisa mendata berapa banyak orang yang akan terkena corona sehingga antisipasi kita untuk menghadapi corona akan semakin baik," kata Arya.

4. Teknologi PCR

Berdasarkan pada teknologi PCR, sistem ini memberikan kinerja yang terbukti dengan otomatisasi penuh, peningkatan efisiensi, waktu penyelesaian yang cepat.

"Dan konektivitas trek lengkap yang divalidasi untuk pengujian molekuler," kata Arya.

5. Negara Bertempur Cari Alat Kesehatan Covid-19

Virus corona atau covid-19 kian mewabah. Hampir semua negara di dunia kini telah terjangkit oleh virus ini.

Imbasnya, negara-negara di dunia kini berlomba mendapatkan alat kesehatan, termasuk itu alat tes virus corona hingga obat-obatan.

Kita tahu saat ini di dunia hampir semuanya negara bertempur mencari alat-alat ini (alat tes), mencari obat dan sebagainya, bahan baku dan sebagainya, bahan baku obat sebagainya," jelas Stafsus Menteri BUMN Arya M Sinulingga.

Salah satu yang paling diburu adalah alat uji virus corona, polymerase chain reaction (PCR).

"Alat PCR adalah salah satu yang dicari banyak pihak dan banyak negara karena bisa dijadikan alat uji tes, apakah orang tersebut positif atau tidak?" jelas Arya.

6. Covid-19 Picu Perang Dagang

Pandemi virus corona menimbulkan masalah perang dagang yang baru antar negara, khususnya untuk alat kesehatan. Mengingat pandemi ini membuat kebutuhan akan alat kesehatan meningkat drastis.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan, saat ini masing-masing negara berebut untuk mendapatkan alat kesehatan. Bahkan, beberapa negara rela menggelontorkan uang lebih untuk membajak alat kesehatan dari satu negara.

Salah satu contohnya adalah kasus pembajakan alat kesehatan ventilator dari Jerman oleh Amerika Serikat. Ketika itu, Amerika Serikat menggelontorkan uang lebih banyak demi bisa mendapatkan alat bantu pernapasan.

"Permasalahan sektor industri sekarang sudah ada kejadian saling bajak antara negara-negara yang membeli alat kesehatan," ujarnya dalam rapat kerja virtual dengan Komisi VI DPR-RI, Senin 6 April 2020.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement