Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menang Lawan Penjajah, Pengusaha Muda Sebut Ekonomi RI Belum Merdeka

Fadel Prayoga , Jurnalis-Kamis, 11 Juni 2020 |16:02 WIB
   Menang Lawan Penjajah, Pengusaha Muda Sebut Ekonomi RI Belum Merdeka
Ekonomi (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menyebut perekonomian Indonesia masih belum merdeka. Hal ini dikatakan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Hipmi Mardani H. Maming

"Hipmi di usia 48 tahun apakah kita sudah merdeka dari semuanya? Kita bisa merdeka dari penjajahan, tapi kita belum merdeka dari perekonomian. Perjuangan-perjuangan itulah yang harus kita bisa perjuangkan dan kita harus selalu mengingat, tidak ada sejarah negara dan tidak ada sejarah bangsa ini yang bisa merubah. Kecuali yang merubah adalah anak bangsa atau anak muda, maka anak muda itu adalah di HIPMI," ujar Maming dalam acara Peringatan Hari Ulang Tahun Hipmi ke-48, di Jakarta, Kamis (11/6/2020).

Baca Juga: Waspada Resesi, Ekonomi RI Diprediksi Minus 2% jika Covid-19 Tak Berakhir 

Hipmi yang berdiri pada 10 Juni 1972 itu, lanjut Maming, saatnya berjuang menyampaikan cita-cita para pendahulu atau ada 16 mantum yang hadir sebagai perjuangan ekonomi. Salah satunya adalah memperjuangkan untuk harus merdeka dari perekonomian bangsa dan negara. Pihaknya menyadari bahwa pandemi Covid-19 ini telah menghantam khususnya ke semua lini, tidak lepas dari pengusaha muda.

"Kita minta ke pemerintah, dari 34 provinsi kami sudah rapat untuk membentuk kelompok kerja (pokja) yang diketuai oleh Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Ajib Hamdani untuk anak-anak Hipmi yang rata-rata mayoritas adalah usaha UMKM. Kita mengumpulkan data untuk meminta relaksasi masalah perbankan dan rata-rata yang mendapatkan relaksasi itu adalah perusahaan-perusahaan yang besar. Saya sudah menyampaikan kalau perusahaan yang pinjamannya di atas Rp10 miliar itu tidak perlu terlalu ditolong, karena rata-rata perusahaan besar biasanya hubungannya baik dengan bank dan bank takut khilangan kreditur perusahaan besar," ucapnya.

Yang menjadi perhatian Maming adalah pinjaman yang di bawah Rp10 miliar. Para pengusaha UMKM melobi bank agak sulit karena tidak punya nama.

"Sehingga, pengusaha di daerah di seluruh Indonesia masih banyak pengusaha-pengusaha Hipmi yang belum mendapatkan bantuan. Mudah-mudahan ini menjadi perhatian pemerintah," ungkapnya.

Baca Juga: Resesi Ekonomi Akibat Covid-19 Diprediksi Terburuk sejak Perang Dunia II 

Selain itu, Maming melanjutkan, 5 hingga 10 tahun ke depan, pihaknya percaya bahwa pemimpin bangsa Indonesia adalah anak muda dalam memasuki era bonus demografi. Tapi, hal-hal kecil seperti pemerintah membuat regulasi untuk anak muda berani menjadi pengusaha, sehingga anak muda berani dan harus diberi kesempatan oleh pemerintah. Jika tidak, maka bukan era bonus demografi yang dihadapi tetapi era bencana bonus demografi.

"Kalau tidak ada regulasi, mau jadi pengusaha takut, modal susah persaingan ketat. Kalau kita tidak membuat regulasi untuk anak muda, era bencana bonus demografi yang kita hadapi. Karena kita tidak mempersiapkan anak muda kalau tidak dibuat regulasinya, anak muda harus diberi kesempatan," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement