JAKARTA - Pemerintah membuka kembali aktivitas sosial ekonomi dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun aktivitas sosial ekonomi ini hanya dikhususkan bagi daerah yang kurva penyebaran virus coronanya sudah turun.
Ada 9 sektor yang akan dibuka lebih dahulu aktivitasnya. Sementara sisanya akan dibuka bertahap dengan memperhatikan kondisi penyebaran virus corona yang ada di lapangan.
Baca juga: Target Lifting Minyak Turun Jadi 705.000 Barel per Hari, Kenapa?
Adapun kesembilan sektor tersebut yakni, pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik, dan transportasi.
Direktur Eksekutif The Institute for Developmen of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, dibukanya kesembilan sektor ini memang menjadi pilihan yang tepat. Mengingat dari sisi risiko kesehatan sangat kecil namun memiliki dampak pada perekonomian.
Baca juga: Gigit Jari, Penerimaan Perpajakan Ambles 7,9% Jadi Rp526,2 Triliun
"Kalau kita lihat dari segi protokol kesehatan bisa dihindari," ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Rabu (17/6/2020).
Salah satu contohnya adalah pada sektor pertambangan. Sektor ini memang memiliki pertumbuhan dan kontribusi yang tidak terlalu besar namun risikonya juga sangat kecil.
Memang menurut Tauhid, ada beberapa industri yang sebenarnya bisa dibuka oleh pemerintah. Mengingat industri itu memiliki kontribusi pada perekonomian yang cukup besar tapi risikonya juga yang rendah.
"Saya lihat pembukaan pertumbuhan tidak relatif cepat dan medium. Ada beberapa sektor yang relatif cepat lalu risikonya medium," ucapnya.
Meskipun begitu lanjut Tauhid, memang langkah pemerintah sudah sangat tepat untuk membuka sektor yang memiliki risiko rendah. Langkah ini dilakukan untuk menggerakkan kembali perekonomian dalam negeri.
"Saya kira betul, tentu saja era new normal aspek kesehatan menjadi yang terlihat. Sektor yang risiko rendah itu harus segera dibuka," ucapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)