JAKARTA – Kehidupan new normal alias normal baru di Yogyakarta sejauh ini belum membuat para pelaku usaha, termasuk UMKM, nyaman dan tenteram. Nampaknya kebijakan new normal belum banyak berdampak pada geliat usaha.
Seperti yang dikeluhkan Bambang Indro, pedagang nasi pecel di Jalan Kaliurang Yogyakarta misalnya. Sejak membuka kembali warung kaki limanya 2 pekan lalu, omzet yang berhasil ia bukukan setiap hari masih jauh di bawah standar omzet harian sebelum pandemi.
Baca Juga: Manfaatkan Investasi Amazon, UMKM Harus Naik Kelas dan Go Digital
Membuka usahanya sejak pukul 07.00-13.00 WIB, belum mampu menghabiskan 1 magic com nasi. Padahal sebelum pandemi, dalam rentang yang sama, setidaknya dia mampu menjual habis nasi sebanyak 3 magic com. “Masih jauh dibandingkan saat normal dulu. Dulu, kalau Hari Minggu, malah saya bisa menghabiskan 5 magic com,” katanya.
Meski kondisi pasar belum pulih, Indro memilih tetap membuka warungnya dengan penuh perjuangan dibantu 2 karyawan dari sekitar 8 karyawan yang seharusnya. Dengan cara itu, setidaknya Indro dapat memenuhi desakan sejumlah pelanggan yang terus menanyakan kapan warungnya buka kembali.
Baca Juga: Cara UMKM agar Selamat dari Krisis Pandemi Covid-19
Untuk menangani omzet yang merosot tajam, Indro harus memutar otak. Dirinya mendorong penjualan online bersinergi dengan para driver ojek online. “Saya juga sedang dalam persiapan mengembangkan jaringan penjualan bahan pecel secara online. Terutama sambel pecel Madiun dan peyek yang begitu digemari pelanggan. Dengan cara ini, masyarakat dapat menikmati pecel Madiun dengan tetap berada di rumah dan terhindar dari Corona,” katanya dilansir dari KRJogja, Selasa (23/6/2020).
“Sambel pecel saya siapkan dalam kemasan berbagai ukuran. Ke depan bukan hanya sambel pecel, saya juga berencana mengembangkan sambel sambel jenis lain untuk dipasarkan secara online,” tambah Indro.
Sekretaris Tim Gugus Tugas Ketangguhan Ekonomi Kadin DIY, Timotius Apriyanto mengatakan, upaya mendorong kebangkitan para pelaku UMKM bukan perkara mudah. Sejak pandemik melanda, para pelaku UMKM sangat kesulitan dalam hal penjualan produk. Selain karena kebijakan pemerintah melakukan pembatasan aktivitas masyarakat, warga sendiri juga dilanda ketakutan untuk beraktivitas keluar rumah dan daya beli masyarakat juga merosot tajam.
Survei yang dilakukan oleh tim dari Kadin didukung Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) terhadap 136 responden menunjukkan, hanya dalam tempo sebulan sejak pandemi, sudah terjadi penurunan omset para pelaku UMKM mencapai Rp 46 miliar.