"Industri besi atau baja merupakan industri strategis yang memiliki backward and forward linkage serta systemic impacts bagi perekonomian. Banyak negara yang mengembangkan industri besi atau baja at all cost bahkan bagi negara-negara yang tidak memiliki iron ore dan nikel," ungkapnya.
Dia menjelaskan, persaingan juga semakin ketat. Pasalnya, banyak perusahaan baja di dalam negeri yang juga meningkatkan kapasitas produksinya. Oleh sebab itu, para pengusaha yang bergerak di bidang besi atau baja terus melakukan inovasi agar produknya selalu memiliki nilai tambah.
"Kita memiliki semuanya, termasuk demand yang terus meningkat dalam pembangunan nasional. Namun sebelum pandemi Covid-19, kinerja industri baja umumnya sudah menurun dengan tingkat utilisasi 40 persen hingga 60 persen dikarenakan policy behaviour," tuturnya.
Menurutnya, saat ini industri baja memang tengah mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Dalam kondisi tersebut, industri baja harus meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitasnya agar setara dengan industri baja global.
"Refocusing kebijakan pada penyelesaian pandemi Covid-19 nampaknya memperburuk perkembangan subsektor baja ini. Padahal, Presiden Jokowi pada bulan Februari 2020 telah meminta semua pihak untuk mendukung pengembangan industri besi atau baja ini," pungkasnya.
(Fakhri Rezy)