JAKARTA - Maskapai penerbangan AirAsia optimis bisa kembali bangkit pada tahun depan. Meskipun ancaman virus corona pada industri penerbangan global ini masih terus membayangi.
CEO AirAsia Tony Fernandes mengatakan, banyak orang yang mengatakan jika target tersebut terlalu optimis. Namun dirinya tetap optimis jika maskapai penerbangan yang dinakhodainya ini bisa kembali bangkit.
"Target itu mungkin terdengar terlalu optimis, tetapi saya meyakini hal ini, saya sudah melalui banyak situasi serupa di banyak krisis sebelumnya," ujarnya mengutip dari halaman CNBC, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga: Pendiri AirAsia Tak Terima Gaji, Staf Dipotong hingga 75% Dampak Corona
Tony menambahkan, beberapa pemerintah di negara-negara Asia cukup baik dalam menangani wabah virus corona ini. Hal ini bisa menjadi dorongan bagi maskapai di kawasan Asia untuk bisa cepat pulih.
"Saya pikir itu memberi saya banyak kepercayaan pada beberapa pernyataan optimis saya," kata Tony.
Tony menjelaskan, pandemi virus corona membuat maskapai kesulitan secara finansial. Bahkan beberapa maskapai terpaksa harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan juga merumahkan karyawannya untuk tetap bisa bertahan.
Baca Juga: Tak Berbentuk Tunai, Refund AirAsia Akun Kredit Perjalanan dengan Masa Berlaku 2 Tahun
Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan maskapai AirAsia. Dilaporkan AirAsia rugi 803,8 juta ringgit atau USD188,4 juta pada kuartal I-2020 sekaligus kerugian yang terbesar sejak Asia melantai di bursa efek Malaysia pada November 2004.
Pada pekan lalu, auditor EY mengeluarkan opini audit yang meragukan masa depan AirAsia. Pasalnya, saham perusahaan jatuh 17,5% setelah rilis opini audit akibat menurunnya perjalanan udara selama pandemi.
Meskipun begitu, Tony masih tetap optimis jika perusahaan bisa rebound pada tahun depan. Saat ini, perusahaan sedang mencari dan mengumpulkan pendanaan baik itu pinjaman pemerintah atau penerbitan surat utang untuk memastikan keberlangsungan hidup perusahaan.