JAKARTA - Microsoft terus membahas kemungkinan untuk membeli TikTok. Wacana tersebut muncul setelah Presiden Donald Trump akan melarang aplikasi TikTok beroperasi di Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah postingan Blog, CEO Microsoft Satya Nadella disebut telah berbicara dengan Presiden Donald Trump terkait transaksi pembelian TikTok.
Apalagi, Pemerintah AS menilai aplikasi ini sebagai spionase yang bisa membahayakan keamanan negara sehingga menyulut konflik antara Amerika Serikat dengan China.
Baca Juga: Microsoft Konfirmasi Rencana Beli TikTok
"(Microsoft) berkomitmen untuk mengakuisisi TikTok dengan tunduk pada tinjauan keamanan lengkap dan memberikan manfaat ekonomi yang tepat bagi Amerika Serikat, termasuk Departemen Keuangan Amerika Serikat. Perusahaan akan bergerak cepat untuk berbicara dengan ByteDance dalam hitungan minggu,” ujarnya dikutip CNN, Senin (3/8/2020).
"Selama proses ini, Microsoft berharap untuk melanjutkan dialog dengan Pemerintah Amerika Serikat, termasuk dengan Presiden,” tambahnya.
Posting blog perusahaan yang berbasis di Washington itu menunjukkan aplikasi tersebut dapat mencegah larangan yang dapat mengancam dengan menggunakan TikTok sebagai kekuatan ekonomi darurat atau perintah eksekutif untuk memblokir aplikasi agar tidak beroperasi di Amerika Serikat.
Pernyataan Microsoft juga datang setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa pembicaraan perusahaan dengan ByteDance ditunda setelah komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Baca Juga: Microsoft Dikabarkan Akan Membeli TikTok Rp441 Triliun
Kesepakatan akan menciptakan struktur baru di mana Microsoft akan memiliki dan mengoperasikan layanan TikTok di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Sebagai bagian dari perjanjian, Microsoft mengatakan akan memastikan bahwa semua data pribadi pengguna TikTok di Amerika akan ditransfer ke dan tetap di Amerika Serikat.
TikTok sebelumnya menekankan bahwa data pengguna AS sudah disimpan di server-server yang berbasis di AS dan di Singapura. Oleh karenanya, aplikasi ini tidak tunduk pada hukum di China seperti yang dikhawatirkan beberapa pejabat AS.
"Struktur baru ini akan dibangun berdasarkan pengalaman yang sangat disukai pengguna TikTok, sambil menambahkan keamanan kelas dunia, privasi, dan perlindungan keamanan digital. Model operasi untuk layanan akan dibangun untuk memastikan transparansi kepada pengguna serta pengawasan keamanan yang sesuai oleh pemerintah di negara-negara ini,” kata Microsoft
Perusahaan menambahkan, dalam hal apapun itu akan selesai dibahas bersa,a ByteDance selambat-lambatnya 15 September.
Sementara itu, ByteDance tidak segera menanggapi tentang Microsoft. Tetapi perusahaan itu mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada hari Minggu di Toutiao, situs media sosial China, bahwa selalu berkomitmen untuk menjadi perusahaan global.
"Dalam proses ini, kita dihadapkan pada semua jenis kesulitan yang kompleks dan tak terbayangkan. Tapi kami masih berpegang pada visi globalisasi dan terus meningkatkan investasi di pasar di seluruh dunia, termasuk China, untuk menciptakan nilai bagi pengguna di seluruh dunia," kata ByteDance.
“Kami benar-benar mematuhi hukum setempat dan akan secara aktif menggunakan hak yang diberikan kepada kami oleh hukum untuk melindungi hak hukum perusahaan,” imbuhnya.
(Feby Novalius)