Ketegangan Saudi dan Rusia itu membuat OPEC dan sekutunya memangkas produksi hingga akhirnya harga minyak kembali ke level USD43 atau Rp636.165 per barel (mengacu kurs Rp14.800 per USD) pada hari ini.
Presiden Perusahaan Konsultan Rapidan Energy Group Robert McNally mengungkapkan jatuhnya impor minyak mentah AS dari Saudi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Menurut dia AS adalah pasar yang besar untuk para investor.
"Jatuhnya impor minyak mentah AS dari Arab Saudi mencerminkan kemerosotan dari kontes pangsa pasar OPEC yang epik di musim semi hingga pemotongan dan disiplin yang belum pernah terjadi sebelumnya selama musim panas," jelasnya.
Bukan kebetulan Arab Saudi memfokuskan upayanya pada Amerika Serikat. Sebab, Amerika Serikat menjadi pasar yang potensial bagi para perusahaan minyak mengingat jumlah konsumsinya yang sangat tinggi.
"AS memiliki pasar data yang paling transparan dan paling tepat waktu. (Saudi) mendapatkan keuntungan terbesar," kata Smith.
(Fakhri Rezy)